![]() |
ilustrasi pemaksaan dan penindasan people west papua |
Terkadang
tidak semua hal yang kita benci harus kita tanggapi dengan agresif, tapi dengan
menolak pahamnya bukan orangnya. Oleh karena itu kadang saya senyum- senyum
sendiri setelah menyaksikan segala kedangkalan berfikir yang selalu ditunjukan
oleh teman-teman saya ataupun kerabat saya melalui bahasa. Baik verbal
(kata-kata) maupun non verbal (gesture).
Kasus
intimidasi, rasis, diskriminasi dan berbagai bentuk penghinaan atas nama
identitas, ras, suku dan bangsa tertentu sudah dan sedang dialami oleh
mahasiswa/i Papua. Sudah kebal akan hal tersebut, bahkan ada yang sudah seperti
makanan pokok setiap hari dimana saja dan kapan saja. Baik itu di tempat umum
seperti di pasar, terminal, dsb.
Lebih parah
lagi maraknya di area kampus ( Area Akademik) yang seharusnya steril dari
berbagai paham dangkal semacam itu, malah tumbuh subur dan terpelihara dengan
baik. dan masih kental praktik-praktik rasis diarea kampus. Datarnya kami
(mahasiswa/i Papua sudah kebal dengan hal demikian) Pertama, yang harus dipertanyakan disini adalah dimana
peran kampus dimana kajian akademis menyikapi persoalan gejolak sosial yang
sedang marak serta bagaimana membasmi bibit-bibit ideologi rasis yang sedang
tumbuh subur dalam kampus.? Entalah zaman sekarang yang namanya independen
terkotori bau kedok politik. Mahasiswa jadi Apatis dan kampus tertimpa
Arogansi.
Kedua, Yang
Perlu kita pertanyakan adalah kenapa orang orang selalu melontarkan ataupun
memperlakukan manusia papua secara kurang manusiawi.? Jawabannya ada beberapa
kemungkinan.
1) karena
mereka tidak tahu (bodok) dalam memahami Multikulturalisme dan tidak tahu cara
memperlakukan manusia seperti diri sendiri mereka. Hal ini disebabkan oleh
kekurangan asupan pengetahuan dari kecil soal keberagaman, Etika dan moral.
Lebih tepatnya mereka kekurangan Pendidikan Karakter.
2) karena
memang dalam alam bawah sadar mereka tertanam bibit rasisme yang tumbuh dan
berkembang secara sistematis dan terstruktur dalam setiap kehidupan mereka.
Baik akademik maupun sosial.
3) karena
Gagal Paham tentang Bhine Tunggal Ika yang katanya dijunjung tinggi sehingga
berdampak buruk dalam tindakan dan perlakuan akibat ketimpangan Pemenuhan gizi
pengetahuan.
4) karena
memang persepsi dan paradigma mereka tentang papua dan orang papua itu beda.
Misalnya ketika mereka mendengar kata orang papua, yang pertama terbayang dalam
kepala mereka adalah kumis tebal, hitam, seram, bauh,jorok, bodok dan lainnya.
Intinya
dalam persepsi mereka posisi orang papua tergolong negatif, oleh karena itu
perlakuan mereka itu soal wajar dan biasa bagi mereka karena stigma mereka
terhadap orang papua berada pada posisi yang pantas dan layak mendapatkan
segala perlakuan tersebut. Oleh karena itu Stigma akan datang tanpa mau
mengetahui fakta dibaliknya. Stigma orang-orang akan muncul tanpa ingin
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Semoga saja
generasi berikut dari bangsa ini pahamnya tidak sedangkal ayah dan ibu mereka
(doa saya buat mereka). Karena perubahan paham dan ideologi itu akan jadi murni
dan jernih apabila asupan pengetahuan terpenuhi.
Jadi, kenapa
saya bilang saya sudah kebal.? Karena perlakuan mereka membuatku kuat dalam
belajar dan memahami kebodohan mereka sendiri, oleh sebab itu saya sadar bahwa
yang musti saya kontruksikan adalah Ideologi atau stigma mereka terhadap
manusia papua yang bernotabene dan terkesan negatif.
Merekontruksi
dalam arti mengubah pandangan mereka terhadap manusia papua yang sudah lama
menjadi bagian dari pengetahuan mereka. Walaupun mengubah pandangan orang
terhadap satu objek atau sekelompok orang
itu sangat susah tapi bukan berarti tidak bisa, tapi hanya membutuhkan
waktu.
Jika
demikian, hanya dua kemungkinan yang dapat ditempuh yaitu:
1)
Mengulang-ulang fakta real lapangan pada mereka yang kurang paham akan
persoalan tersebut tanpa ragu dan tanpa henti. Hujan malu, ejekan dan lainnya
hadapi saja sebab itu risiko menyatakan suatu kebenaran. Mengulang dan
mengulang sebab hal yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan dan jadi
pengetahuan.
2)
Sebenarnya dengan adanya stigma kita bisa menunjukan bagaimana diri kita yang
sebenarnya kepada orang-orang yang memiliki stigma terhadap kita. Kita harus
membiarkan semua stigma yang ada untuk diri kita dengan tujuan bahwa apa yang
kita lakukan pasti akan membuahkan hasil dan dari hasil itu bisa menjadi
senjata kita untuk melawan stigma sehingga orang yang memiliki stigma kepada
kita tahu yang sebenarnya dan dengan sendirinya memuja diri kita. Sangat mudah
bila kita menjalani hidup ini tanpa harus memikirkan stigma.
Mulai
sekarang bebaskanlah diri kita, nikmati hidup kita, berkarya dan belajar demi
pembebasan sesuai kemampuan/arah yang kita tempuh dan jangan sekali memikirkan
stigma. Jadikanlah stigma sahabat hidup kita. Hidup kita hanya sekali maka dari
itu raihlah apa yang kita inginkan dan jangan mau hidup dalam naungan stigma
karena itu adalah penjara kita yang akan meringkus kita kapanpun itu. Katan
saja pada mereka bahwa SAYA SUDAH KEBAL.
Posting Komentar
Posting Komentar