poster cerpen cari terang di dunia gelap. @mapiha f |
Oleh: Douw Ferdy
Beberapa Minggu lalu. SPP kampus Hesti belajar naik,
Tinggi SPP kampus itu mendekati Gunung Jayawijaya. Beberapa teman Hesti cuti,
Bukan karena malas Belajar tapi biaya menuntut mereka untuk Harus berhenti.
Hesti juga sama, Ia sudah tidak kuliah dua semester, Ia mendapati Informasi
yang sama saat mengunjungi website Kampus. Dalam website itu selalu ada tulisan
"Anda tidak bisa kontrak mata kuliah. SPP anda belum lunas".
Kalimat itu terus menghantui pikiran Hesti. Ia tak
bisa menelpon Ibu dikampung karena sejak masuk Kampus, Hesti bersumpah bahwa Ia
takkan akan menyusahkan orang tua dengan beban Kuliah. Apalagi setelah Bapaknya
meninggal saat Ia duduk di semester Dua. Dalam dua semester Ia Nganggur, Ia
coba berbagai cara agar bisa melanjutkan kuliah tapi ia sadar bahwa kompetisi
di kota besar lebih ketat, Hal itu membuat Ia harus Nganggur di kosan selama
dua semester.
Sebelum memasuki semester ketiga. Ia ditelfon sama
salah satu teman SMA yang kini bekerja sebagai salah satu crew kapal. Kerja
keliling indonesia dari pulau ke pulau. Engel, namanya.
Dalam telfonan itu Hesti mendapat kerjaan sekaligus
tantangan. Dapat dikatakan tantangan karena penawaran itu adalah Bekerja
menjual barang terlarang di Indonesia. ganja dan beberapa obat-obatan. Hesti
tak langsung menerima, Ia menunggu satu hari sebelum mengambil keputusan.
Beberapa hari berikutnya, Hesti sudah sampai di Salah
satu Pelabuhan kecil di kota itu, Ia bertemu dengan agent-agent lain. Beberapa
Hari dalam kapal Itu, Hesti diajarkan Ilmu ekonomi khusus yang berlaku dalam
penjualan barang Ilegal. Ia belajar taktik dan cara membedakan konsumer benar
dan konsumer lamaran dari pihak kepolisian. Disana Ia juga belajar Taktik
promosi secara diam-diam, Kepada siapa harus ditawarkan dan ciri-ciri manusia
yang harus dipasang sebagai anak Buah.
Ilmu itu diajarkan langsung oleh kolega yang berasal
dari luar negri. Beliau sangat berpengalaman, Beliau sangat dipercaya oleh
Kepala perusahan obat-obatan karena Ia membuktikan dengan kinerja. Ia dipercaya
karena sukses menjual barang Ilegal di beberapa Negara dalam jumlah banyak.
Kini Ia dipercaya jadi mentor bagi anggota baru diseluruh dunia.
Sehabis menjalani masa-masa penerimaan, Pengujian dan
pengetesan. Hesti kembali ke kota studi, secara teori ia mengerti apapun yang
diajarkan selama beberapa hari disana,
Tapi Ia sadar bahwa teori takkan ada gunanya bila tak praktis maka Hesti
menyusun ko sep. Ia merekrut beberapa orang yang akan beroperasi sebagai
penjual di kota itu, dan Ia mengambil tantangan sebagai Bandar. Namun satu hal
yang tak boleh diketahui oleh orang-orang adalah siapa pemasok barang-barang
itu, bagaimana dan dimana cenralnya, sebab jika hal itu diketahui maka
taruhanya adalah Nyawa.
"Kami menjual barang ilegal. Tapi kami sangat profesional, Berintegritas dan bertanggung jawab. Siapapun yang bongkar Rahasia ini maka taruhanya adalah Nyawa"
Hal itu disampaikan langsung oleh mentor sebelum Hesti
pulang. Secara sadar Hesti menceburkan diri kedalam dunia seperti ini, Ia juga
sadar akan konsekuensi, sadar akan keuntungan yang akan didapatkan apabila
penjualan berjalan Lancar. Menyusun konsep, Memasang orang sesuai kriteria,
Kini Ia mulai promosi dengan taktik yang didapat disana.
Taktik berjalan Lancar. Penjualan lancar. Namun
kehidupan Hesti tak sama dengan kehidupan dulu. Kini kemana-mana Hesti was-was
atas apapun, Kemana-mana Insting harus hidup, Ia harus bisa mencium ancaman
apapun, termasuk Jebakan para pengguna obat-obatan. Beberapa Bulan Hersti jadi
Bandar obat-obatan dan ganja, Namun Ia sendiri sama sekali tidak menggunakan
barang tersebut, Rokok saja tak pernah, apalagi minuman beralkohol.
Uang membanjiri kehidupan Hesti. Baru beberapa bulan
Ia menjadi Bandar saja uang sudah banyak, Ia hampir sama dengan pengusaha yang
sukses setelah jatuh bangun bangun perusahan. Ia jalan kemana-mana menggunakan
Mobil, Mengunjungi cafe-cafe elit tapi dengan penuh was-was atas apapun.
Komunikasi antar Agent hanya bisa dilakukan dengan
tatap muka. Mereka tak menggubakan alat apapun dalam hal berkomunikasi. Kecuali
dalam beberapa hal seperti Main media sosial, Tapi konten apapun dalam media
sosial tak boleh ada kaitanya dengan barang jualan mereka. Itu prinsip
sekaligus aturan dalam lingkaran mereka.
Lingkaran mereka sangat sistemik. Ada lingkaran yang
langsung berhubungan dengan mereka yang lintas negara, ada juga lintas
provinsi, ada antar kota. Dalam kota ada operator, orang yang mengantar Jemput
barang. Hampir semua yang bekerja dalam lingkaran ini terlihat biasa walau uang
membanjiri mereka setiap hari
Lama-kelamahan. Pelanggang mereka tak hanya masyarakat
Biasa, Hampir semua kalangan ada, termasuk kalangan artis dan aktris. Harga
ditentukan langsung dari atasan, Tapi dilapangan mereka bisa menyesuaikan
dengan kondisi dan situasi yang ada. Bandar dan operator boleh menentukan
harga, tergantung siapa yang beli. Jika yang membeli adalah artis papan atas
maka barang dengan harga 500.000 bisa jadi 1.000.000.
Suatu hari. salah satu operator yang dipasang Hesti
datang tergesa-gesa. Ia ingin menceritakan sesuatu tapi nafas masih belum
teratur. Operator itu, sebut saja Neli menceritakan bahwa Ia sudah beberapa
kali mengantar barang-barang tersebut ke Perumahan Dosen Hesti. Hal itu membuat
Hesti tak sabar, Malam itu juga Hesti mengajak Neli pergi ke tempat dimana Ia
antar.
Rumah tersebut milik Dekan Hesti. Ia juga mengajar
beberapa mata kuliah di Jurusan Hesti. Lalu mereka balik dari depan Rumah,
Hesti hanya ingin tahu siapa Dosen pemakai obat-obat terlarang itu. Lalu Hesti
memberitahu, salah satu petugas yang biasanya bertugas menerima pesanan dan
mengirim barang. Ia memberitahu bahwa jika ada pesanan barang tersebut dari
orang yang bersangkutan, maka diberitahu ke Hesti dulu.
Dua hari menjalang. Dosen Hesti memesan melalui orang
yang sama. Ini kesempatam Hesti mengirim surat melalui barang yang akan
dikirimkan.
"Selamat Malam Pak. Dosen. Barang yang kau
konsumsi ini berasal dari salah satu mahasiswi yang Cuti beberapa Semester
gara-gara SPP kau naikkan setinggi Gunung Jayawijaya. Saat ini kau tidak tahu
Identitasku, sedangkan aku mengetahui segala seluk-beluk tentang kamu. Aku bisa
melaporkan kau kapan saja jika tidak melakukan beberap hal dibawa ini:
1) Lunaskan semua SPP dinama yang akan saya kirimkan.
2) Wisudakan saya sama-sama dengan teman seangkatanku.
3) Turunkan UKT seperti semula bagi semua mahasiswa/I.
Saya tidak mau tahu. Surat ini harus dibalas melalui
operatorku yang sering mengirim barang-barang kesitu. Jika saya tidak menerima
surat balasan malam ini juga, maka Resikonya kau tahu sendiri.."
Surat itu dimasukan kedalam kotak berisi obat-obatan.
Lalu dikirimkan ke alamat Pak.Dosen.
Malam itu juga. Si operator membawa surat balasan.
"Untuk mahasiswiku yang menemukan terang dalam
kegelapan. Aku tak bisa menyalahkan siapa-siapa walau Negara melarang kau sebagai
Bandar dan saya sebagai Pemakai melalui UU Narkotika. Semua yang kau minta
diatas akan ku Usahakan selesai dalam minggu ini, Tapi satu yang ingin saya
minta bahwa Besok kita akan bertemu sebagai Dosen dan Mahasiswi di depan
Fakultas. Bukan lagi sebagai Bandar dan Pemakai, Mulai besok juga kau bisa
masuk kelas dengan teman-teman angkatan. Untuk saat ini, saya tidak ingin
menanyakan identitasmu, Tapi besok saya akan menanyakan identitasmu sebagai
Mahasiswiku"
Surat itu datang membawa angin segar. Tujuan utama
Hesti dikota ini bukan untuk membandar obat-obatan terlarang, Ia datang untuk
menyelesaikan semua mata kuliah untuk wisuda. Iya, Wisuda agar Ibu yang kini
berada dibawa Jumantara Ambon bisa tersenyum depan toga. Bisa memeluk Hesti
dalam keadaan berpakaian wisudawati. Ia menyetujui semua kata Dosen Itu,
Keesokan paginya Hesti menemui Dosen sebagai mahasiswi Biasa.
Semua masalah dikampus beres. Ia hanya menunggu waktu
untuk Wisuda dengan teman-teman seangkatan.
Beberapa Hari kemudian. Ia mengunjungi pelabuhan
kecil, Tempat dimana agen-agen bertemu. Ia langsung menemui si mentor yang
mengajarkan segala cara dalam menjual obat-obatan. Lalu dengan sangat Hormat,
Ia meminta undur diri dari posisinya sebagai pebandar obat-batan. Semua agent
terharu saat mendengar kisa Hesti bagaimana sampai Ia bisa sampai di posisi
Itu. Tak lama kemudian, Niel yang sempat menelpon Hesti untuk digabunkan dalam
lingkaran Bandar Obat-obatan berdiri, Ia juga memohon kepada semua agent agar
Hesti dikeluarkan tanpa syarat apapun.
Niel Juga mengakui akan kejujuran Hesti "Aku
yakin dan Percaya. Kita telah menolong Hesti keluar dari kesusahanya. Sekarang
saya memohon kepada semua kerabat supaya Ia bisa dikeluarkan dengan Hormat
tanpa syarat apapun. Soal kerahasiaan bisnis kita Hesti bisa menjaga. Saya
mengenal Hesti sejak Kecil. Jika Ia membocorkan rahasia ini maka nyawa saya
adalah taruhanya".
Mentor dan beberapa kerabat dari luar Negara
tersenyum. Bandar-bandar lain diam. Lalu si mentor berdiri sambil memegang
minuman Crystal dalam gelas. Ia memandang Hesti lalu ke Engel.
"Saya sudah lama mengenal Engel. Tapi Hesti baru
beberapa bulan. Saya bisa tahu dari hasil penjualan selama ini dan kinerja
beliau dalam menjalankan tugas sebagai Pebandar. Sesuai permintaan kalian
berdua, Sebagai mentor yang dipercaya oleh Boss dengan resmi mengeluarkan Hesti
sebagai Bandar. Kini Ia bisa kembali menjadi Mahasiswi".
Kalimat diatas disambut tepuk tangan oleh semua
kerabat yang ada disana. Hesti menunduk lalu berterimakasih atas semua hal yang
dipelajari, terimakasih atas kerja sama yang tersistematis. Ia juga
berterimakasih kepada semua kolega yang mengeluarkan Hesti dari kesusahan.
Kalimat terakhir Ia bersumpah bahwa: Ia akan menjaga semua rahasia perusahan
ini. Ia tak akan menceritakan apapun kepada siapapun selama perusahan itu masih
beroperasi. Sumpah itu diulang tiga kali.
Setelah saremoni mereka selesai. Hesti pulang sebagai
mahasiswi akhir yang siap-siap Wisuda menggunakan Mobil keluaran terbaru produk
Jepang yang dibeli beberapa Bulan Lalu.
D F
Cipaku, Bandung 30/03/22
Posting Komentar
Posting Komentar