BUA6GOHrM7QLK6XOoFvYvIlTMmwhL9OgHFakY7mh

Kasih ingat terus

ilustrasi Melrawat ingatan

 Oleh: M.F


Dalam rangka merawat ingatan, dan menolak akan lupa akan ingatan penderitaan kolektif  masa lalu (memoria passionis)  kita harus menjadi agen perubahan dalam merawat ingatan  masa kelam yang suram. Kasih ingat saja walaupun dia tidak pernah sadar juga harus kasih ingat dan kasih ingat terus, karena setiap manusia pasti mempunyai kesadaran dalam bagian jiwanya maka, pasti suatu saat dia akan sadar bahwa apa yang selama ini didengar itu benar. Dan semoga setelah itu, bisa mengubah pola pandang, pola pikir dan pola hidup. Kasih ingat terus agar, identitas dan perjalanan panjang bangsa kita menuju tujuan besar bersama yaitu kebebasan tetap terjaga.

Kenapa penting kasih ingat,? Karena jika kita saling mengingatkan maka, secara otomatis dan tidak sadar kita menjadi virus perubahan bagi orang lain. Lebih dari itu kita menjadi suatu figur perubahan bagi bangsa yang kita cintai tapi hamper punah ini. Kasih ingat itu sendiri harus didasari oleh keyakinan bahwa dalam rangka merawat ingatan dan menolak lupa. Karena kekelaman masa lalu akan menjadi serpihan-serpihan kaca di jalan masa depan yang akan kita lewati. Terlebih khusus bagi anak cucu masa depan bangsa Melanesia.

Kasih ingat sejarah

Anak dan cucu kita harus mendapat asupan kelamnya masa lalu bangsa ini, perjalanan bangsa kita selama kuranglebih 57 Tahun dalam pangkuan ibu Pertiwi, dengan mengingatkan mereka tentang memoria passionis (ingatan massa lalu) yang kita derita selama ini.

Ingatkan kepada generasi sekarang bahwa kita itu korban dari beberapa rezim yang sangat-sangat dan sangat menjajah fisik dan mental kita. Ceritakan kepada mereka bagaimana Operasi Operasi yang dilakukan oleh Tentara/Polri dan pasukan bersenjata kepada orang tua kita dulu, seperti Operasi tumpas (1983-1984) Operasi sadar (1965-1967), Operasi Wibawa (1969) Operasi Militer di Jayawijaya  (1977), Operasi Sapu Bersih I dan II (1981) Operasi Galang I dan II (1982) Operasi Tumpas (1983-1984) Operasi Sapu Bersih (1985).

Ingatkan pada mereka juga tentang Pelanggaran HAM berat seperti  Wasior Berdarah (2001) Wamena Berdarah (2003) Paniai berdarah (2014) Biak berdarah (juli 1998) dan berbagai peristiwa pelanggaran HAM yang sudah dan sedang terjadi di tanah papua (Naskah akademik pendekatan perdamaian untuk papua damai dan bermartabat, Forum akademisi untuk papua damai (FAPD) hal 7-8)

Kasih ingat juga Peristiwa arfai pada tahun 1965 yang mana pada saat itu karena feri awom dan kawan-kawannya menembaki 3 serdadu Indonesia. Maka  akibatnya pada tanggal 27 juli 1965 serdadu (Brimob) melakukan operasi sadar. Indonesia secara brutal membunuh setiap orang papua yang dijumpainya. Yang akhirnya kita kenal sebagai peristiwa arfai.

Kasih ingat juga tentang Operasi baratayudha dengan mendatangkan pasukan dari Yonif 314/ Siliwangi dengan 2 kompi Yon 700/RIT dan 2 kompi Yon 935/Brimob. Selain itu dalam operasi ini juga dilibatkan 2 Ton KKO/ALRI, 1 Ton Kopasgat dan 1 tim RPKAD. Pasukan tempur ini juga diperkuat dengan 2 pesawat Bomber B-26 dan 1 Pesawat Dakota dan 1 Kapal Perang. Yang akhirnya menyebabkan kurang lebih 4.000 Manusia Papua meninggal dunia. Operasi ini dilakukan dengan tujuan memenangkan pepera yang akhirnya menewaskan banyak manusia papua.

kasih ingat juga Operasi wibawa OPSUS di bawah pimpinan Mayor Ali Moertopo 37 yang bergerak dalam bidang Intelijen dan Sosial-Ekonomi berperan dominan dalam melakukan Operasi territorial. Operasi Wibawa ini digelar di seluruh kepala burung Pulau Papua, serta di beberapa daerah Mee-Pago yang dikomandani lansung oleh Mayor Mochtar Jahja dan Mayor Sitompul. dalam operasi yang dibagi dalam beberapa fase ini yang tercacat ada kurang lebih 700 orang warga Paniai yang dibunuh oleh ABRI dan KOPASSUS.

Aksi perlawanan menjelang Pepera ini juga pecah di Piramid, Wamena. Yang akhirnya memecahkan Operasi Militer di bagian wamena dan menyebabkan banyak rakyak papua yang dibunuh.

Tidak hanya sampai disitu, setelah Indonesia dengan berbagai macam intimidasi dan pembunuhan warga Papua akhirnya mempropagandakan kemenangan PEPERA, pasukan ABRI juga dirapatkan di kampung-kampung untuk mengawasi kehidupan masyarakat secara langsung. Di samping itu, juga melancarkan proyek civilisasi dan kesehatan bekerja sama dengan zending dan misi yang telah ada. Dalam bidang ekonomi, Kodam juga turut serta melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi dengan mengontrol arus dan harga barang. Semua kegiatan ini disebut sebagai kegiatan civic mission ABRI di Papua.

Menjelang pemilu Tahun 1971 ini merupakan pemilu pertama Indonesia di bawah kekuasaan rezim Orde Baru Soeharto yang meninggalkan luka bagi orang papua. Terutama ketika mereka melancarkan operasi pamungkas di bagian manokwari dan sorong. Yang banyak memakan korban jiwa akibat pembunuhan brutal yang dilakukan oleh ABRI dan KOPASSUS.

 Kasih Mereka Buku.

Waktu kecil, biasakan mereka dengan Membaca. masukan mereka dalam dunia literasi, kasih mereka buku tentang sejarah perjuangan. Kasih mereka buku sejak kecil. Baik itu buku kisah perjuangan, buku dari para pelopor dan pejuang kemerdekaan dari berbagai negara, buku kiri, buku kanan dan buku apa saja agar mereka banyak Referensi untuk masa depan mereka agar mereka mengerti betapa suramnya masa lalu bangsa papua dalam pangkuan ibu pertiwi serta agar mereka juga mengerti sistem pemerintahan Indonesia dan agar mereka mampu untuk menyusun konsep perjalanan perjuangan kedepannya. Sebelum tidur, ceritakan pada mereka bagaimana dulu orang tua kita mempertahankan hak kita sebagai bangsa Melanesia yang mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Agar mereka tidak tabu denggan sejarah dan kenyataan hidup masyarakat yang menjadi koloni dari penjajah.

Karena figur-figur pemimpin tidak lahir begitu saja tapi lewat dunia yang luas, pengetahuan yang luas, serta pengorbanan yang besar.


ilustrasi cover buku MIFEE: tak terjangkau angan malind (Dodo “ds”)


Kasih Pendidikan yang Membebaskan.

Pendidikan yang sudah dan sedang berkembang di Papua hanya berpedoman pada apa yang diproduksi oleh negara. Dengan meninggalkan apa yang menjadi budaya dan pengetahuan kita terhadap bangsa kita sendiri. di sekolah, kita hanya cenderung mempelajari sejarah dan kebudayaan orang lain (luar Papua) ketimbang kita belajar tentang sejarah Papua dan adat istiadat/budaya Papua. Walau pun ada muatan lokal tapi itu menjadi hanya sebagai formalitas kegiatan di sekolah dengan memperaktekan salah satu budaya dari suku kita sendiri.

Jika kita lihat, di beberapa daerah di Indonesia, (contoh di Sunda) mereka lebih kental dengan budaya, maksudnya sejak SD mereka diajarkan pelajaran bahasa Sunda dan budaya Sunda hingga di beberapa perguruan tinggi ada jurusan yang mempelajari budaya sunda. (Misalnya di universitas pendidikan Indonesia), ada jurusan bahasa Sunda dan ada jurusan seni  tari yang lebih dominan mempelajari tari jaipongan dan yang lainnya yang berasal dari Sunda. Pendidikan semacam inilah yang  seharusnya mengalir dalam sistem pendidikan di Papua, agar anak cucu kita tidak miskin akan sejarah dan budaya Papua.

Buku buku bacaan, khususnya bagi anak anak sekolah, memang sering dikritik sebagai bahan bacaan lepas dari konteks lokal dan keseharian masyarakat. Dinamika interaksi anak anak Papua dengan dunia luar dalam bidang pendidikan selalu alpa menempatkan mereka menjadi subjek dari proses pendidikan tersebut. Yang terjadi malah kita anak-anak Papua tersingkirkan dalam proses di tanahnya sendiri karena apa yang selalu diajarkan adalah pengetahuan impor dan asing bagi anak-anak Papua. Misalnya saja kalimat kalimat yang terkenal dari buku-buku yang diproduksi oleh pemerintah Indonesia adalah "ini bapak Budi, ini ibu Budi, bapak pergi ke sawah" dan kalimat-kalimat serupa lainnya. Nama Budi di tidak familiar di Papua, begitu pula dengan kegiatan memasak di dapur dan pergi ke sawah adalah asing bagi kebanyakan anak Papua. (I Ngurah Suryawan, Papua versus papua. Hal: 36-37) Intinya negara menyeragamkan sistem pendidikan dan kurikulim di seluruh seluruh Indonesia. Namun, Negara gagal paham soal kulturalisme (kemajemukan) masyarakat Indonesia.

Kita harus kasih ingat anak cucu kita tentang budaya lewat pendidikan yang membebaskan, yang memanusiakan manusia. Maksudnya bahwa kita yang menjadi anak muda sekarang punya tantangan besar yaitu bagaimana kita bisa menyediakan sumber belajar bagi anak cucu kita yang sesuai dengan konteks daerah masing-masing. Kenapa demikian.? Karena system pendidikan nasional Indonesia serta kurikulum yang digunakan adalah penyeragaman. Dampak dari penyeragaman itu membuat banyak anak sekolah di papua yang putus sekolah. Analoginya saya simpulkan demikian:, anak sekolah di pedalam papua dipaksa membawa pesawat sementara dia sama sekali tidak mengenal apa itu pesawat.? Apa lagi membawanya.! Yaa agak lucu juga tapi nyata. Itulah system pendidikan kita di Indonesia.

Biasakan Mereka Kolaboratif dan kritis.

Biasakan mereka dengan kehidupan social yang mengajarkan kepada mereka tentang kerukunan,persatuan dan saling gotong-royong. Agar tercipta manusia-manusia yang berjiwa social. Sebab jauh daripada itu, Kolaborasi merupakan suatu skill yang harus dimiliki oleh kita sebagai manusia di era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan zaman yang begitu pesat dan canggih. Agar anak cucu kita kedepan pandai dalam kolaborasi dengan siapapun dalam memperjuangkan apa yang menjadi tongkat stafet perjuangan kita.

Biasakan juga mereka tetap berpikir kritis, agar apapun yang mereka terima dapat dicerna dengan logika yang mantang secara komprehensif/menyeluruh dan dengan akal sehat. Dan juga supaya mereka tidak mudah terprovokasi oleh doktrin doktrin dari pihak luar. Terutama yang berkaitan dengan nasionalisme kepapuaan dan identitas kebangsaan dan juga sejarah perjuangan bangsa kita. Karena sejarah selalu dimanipulasi oleh rezim (pemegang kekuasaan)


Ingatkan Mereka Kapan saja dan Dimana saja.

Kasih ingat mereka dimana saja. Baik itu di sekolah, di rumah, kebun, pasar, kali, hutan, dan dimana saja. Agar generasi anak cucu  kita tumbuh subur dalam luasnya pengetahuan akan jati diri mereka. Tentang siapa mereka sebenarnya.

Kasih ingat mereka kapan saja. Baik itu waktu makan, tidur, setelah bangun, duduk santai, kapan saja. Agar mereka sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan yang seharusnya mereka miliki.

Kasih ingat mereka terus. Sebelum mereka tidur, ceritakan kepada mereka bagaimana dulu orang tua kita di bumi hanguskan dalam peristiwa Wamena berdarah, Jayapura berdarah, biak berdarah, serta bagaimana pembantaian yang dilakukan oleh aparat kepada manusia Papua seperti di Wasior, Deiyai, Paniai, nduga, Jayawijaya dan berbagai tempat lainnya.

Kasih ingat terus, menjadi slogan pengendali antar sesama. Menjadi pondasi yang kuat agar generalisasi perjuangan, kaderisasi dari tongkat stafet kita terus berjalan. dengan demikian, maka jalan panjang perjuangan ini akan ada yang melanjutkan, tidak berhenti sampai pada generasi kita.

Tugas besar kita sebagai manusia di tengah masyarakat adalah untuk menjadi virus perubahan bagi orang lain. Lebihh dari pada itu, kita sebagai penerus manusia papua (agent of chengs) mempunyai tugas yang besar yang harus kita kerjakan adalah bagaimana nasib manusia dan alam papua kedepannya.? Maka mari kita saling mengingatkan sebagai sesame bagi kepetingan kita bersama yaitu menuju perubahan yang abadi.


)* Artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis

Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar