![]() |
ilustrasi Melrawat ingatan |
Oleh: M.F
Dalam rangka merawat ingatan, dan menolak akan lupa akan
ingatan penderitaan kolektif masa lalu
(memoria passionis) kita harus menjadi
agen perubahan dalam merawat ingatan
masa kelam yang suram. Kasih ingat saja walaupun dia tidak pernah sadar
juga harus kasih ingat dan kasih ingat terus, karena setiap manusia pasti
mempunyai kesadaran dalam bagian jiwanya maka, pasti suatu saat dia akan sadar
bahwa apa yang selama ini didengar itu benar. Dan semoga setelah itu, bisa
mengubah pola pandang, pola pikir dan pola hidup. Kasih ingat terus agar,
identitas dan perjalanan panjang bangsa kita menuju tujuan besar bersama yaitu
kebebasan tetap terjaga.
Kasih ingat sejarah
Anak dan cucu
kita harus mendapat asupan kelamnya masa lalu bangsa ini, perjalanan bangsa
kita selama kuranglebih 57 Tahun dalam pangkuan ibu Pertiwi, dengan
mengingatkan mereka tentang memoria passionis (ingatan massa lalu) yang kita
derita selama ini.
Menjelang pemilu
Tahun 1971 ini merupakan pemilu pertama Indonesia di bawah kekuasaan rezim Orde
Baru Soeharto yang meninggalkan luka bagi orang papua. Terutama ketika mereka
melancarkan operasi pamungkas di bagian manokwari dan sorong. Yang banyak
memakan korban jiwa akibat pembunuhan brutal yang dilakukan oleh ABRI dan
KOPASSUS.
Kasih Mereka Buku.
Waktu
kecil, biasakan mereka dengan Membaca. masukan mereka dalam dunia literasi,
kasih mereka buku tentang sejarah perjuangan. Kasih mereka buku sejak kecil.
Baik itu buku kisah perjuangan, buku dari para pelopor dan pejuang kemerdekaan
dari berbagai negara, buku kiri, buku kanan dan buku apa saja agar mereka
banyak Referensi untuk masa depan mereka agar mereka mengerti betapa suramnya
masa lalu bangsa papua dalam pangkuan ibu pertiwi serta agar mereka juga
mengerti sistem pemerintahan Indonesia dan agar mereka mampu untuk menyusun
konsep perjalanan perjuangan kedepannya. Sebelum tidur, ceritakan pada mereka
bagaimana dulu orang tua kita mempertahankan hak kita sebagai bangsa Melanesia
yang mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Agar mereka tidak tabu denggan
sejarah dan kenyataan hidup masyarakat yang menjadi koloni dari penjajah.
Karena figur-figur pemimpin tidak lahir begitu saja tapi
lewat dunia yang luas, pengetahuan yang luas, serta pengorbanan yang besar.
![]() |
ilustrasi cover buku MIFEE: tak terjangkau angan malind (Dodo “ds”) |
Kasih Pendidikan yang Membebaskan.
Pendidikan yang
sudah dan sedang berkembang di Papua hanya berpedoman pada apa yang diproduksi
oleh negara. Dengan meninggalkan apa yang menjadi budaya dan pengetahuan kita
terhadap bangsa kita sendiri. di sekolah, kita hanya cenderung mempelajari
sejarah dan kebudayaan orang lain (luar Papua) ketimbang kita belajar tentang
sejarah Papua dan adat istiadat/budaya Papua. Walau pun ada muatan lokal tapi
itu menjadi hanya sebagai formalitas kegiatan di sekolah dengan memperaktekan
salah satu budaya dari suku kita sendiri.
Jika kita lihat,
di beberapa daerah di Indonesia, (contoh di Sunda) mereka lebih kental dengan
budaya, maksudnya sejak SD mereka diajarkan pelajaran bahasa Sunda dan budaya
Sunda hingga di beberapa perguruan tinggi ada jurusan yang mempelajari budaya
sunda. (Misalnya di universitas pendidikan Indonesia), ada jurusan bahasa Sunda
dan ada jurusan seni tari yang lebih
dominan mempelajari tari jaipongan dan yang lainnya yang berasal dari Sunda.
Pendidikan semacam inilah yang
seharusnya mengalir dalam sistem pendidikan di Papua, agar anak cucu
kita tidak miskin akan sejarah dan budaya Papua.
Buku buku bacaan,
khususnya bagi anak anak sekolah, memang sering dikritik sebagai bahan bacaan
lepas dari konteks lokal dan keseharian masyarakat. Dinamika interaksi anak
anak Papua dengan dunia luar dalam bidang pendidikan selalu alpa menempatkan
mereka menjadi subjek dari proses pendidikan tersebut. Yang terjadi malah kita
anak-anak Papua tersingkirkan dalam proses di tanahnya sendiri karena apa yang
selalu diajarkan adalah pengetahuan impor dan asing bagi anak-anak Papua.
Misalnya saja kalimat kalimat yang terkenal dari buku-buku yang diproduksi oleh
pemerintah Indonesia adalah "ini bapak Budi, ini ibu Budi, bapak pergi ke
sawah" dan kalimat-kalimat serupa lainnya. Nama Budi di tidak familiar di
Papua, begitu pula dengan kegiatan memasak di dapur dan pergi ke sawah adalah
asing bagi kebanyakan anak Papua. (I Ngurah Suryawan, Papua versus papua. Hal:
36-37) Intinya negara menyeragamkan sistem pendidikan dan kurikulim di seluruh
seluruh Indonesia. Namun, Negara gagal paham soal kulturalisme (kemajemukan)
masyarakat Indonesia.
Kita harus kasih
ingat anak cucu kita tentang budaya lewat pendidikan yang membebaskan, yang
memanusiakan manusia. Maksudnya bahwa kita yang menjadi anak muda sekarang
punya tantangan besar yaitu bagaimana kita bisa menyediakan sumber belajar bagi
anak cucu kita yang sesuai dengan konteks daerah masing-masing. Kenapa
demikian.? Karena system pendidikan nasional Indonesia serta kurikulum yang
digunakan adalah penyeragaman. Dampak dari penyeragaman itu membuat banyak anak
sekolah di papua yang putus sekolah. Analoginya saya simpulkan demikian:, anak
sekolah di pedalam papua dipaksa membawa pesawat sementara dia sama sekali
tidak mengenal apa itu pesawat.? Apa lagi membawanya.! Yaa agak lucu juga tapi
nyata. Itulah system pendidikan kita di Indonesia.
Biasakan Mereka Kolaboratif dan kritis.
Biasakan mereka
dengan kehidupan social yang mengajarkan kepada mereka tentang
kerukunan,persatuan dan saling gotong-royong. Agar tercipta manusia-manusia
yang berjiwa social. Sebab jauh daripada itu, Kolaborasi merupakan suatu skill
yang harus dimiliki oleh kita sebagai manusia di era revolusi industri 4.0 yang
ditandai dengan perkembangan zaman yang begitu pesat dan canggih. Agar anak
cucu kita kedepan pandai dalam kolaborasi dengan siapapun dalam memperjuangkan
apa yang menjadi tongkat stafet perjuangan kita.
Biasakan juga
mereka tetap berpikir kritis, agar apapun yang mereka terima dapat dicerna
dengan logika yang mantang secara komprehensif/menyeluruh dan dengan akal
sehat. Dan juga supaya mereka tidak mudah terprovokasi oleh doktrin doktrin
dari pihak luar. Terutama yang berkaitan dengan nasionalisme kepapuaan dan
identitas kebangsaan dan juga sejarah perjuangan bangsa kita. Karena sejarah
selalu dimanipulasi oleh rezim (pemegang kekuasaan)
Ingatkan Mereka Kapan saja dan Dimana saja.
Kasih ingat
mereka dimana saja. Baik itu di sekolah, di rumah, kebun, pasar, kali, hutan,
dan dimana saja. Agar generasi anak cucu
kita tumbuh subur dalam luasnya pengetahuan akan jati diri mereka.
Tentang siapa mereka sebenarnya.
Kasih ingat
mereka kapan saja. Baik itu waktu makan, tidur, setelah bangun, duduk santai,
kapan saja. Agar mereka sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan yang seharusnya
mereka miliki.
Kasih ingat
mereka terus. Sebelum mereka tidur, ceritakan kepada mereka bagaimana dulu
orang tua kita di bumi hanguskan dalam peristiwa Wamena berdarah, Jayapura
berdarah, biak berdarah, serta bagaimana pembantaian yang dilakukan oleh aparat
kepada manusia Papua seperti di Wasior, Deiyai, Paniai, nduga, Jayawijaya dan
berbagai tempat lainnya.
Kasih ingat
terus, menjadi slogan pengendali antar sesama. Menjadi pondasi yang kuat agar
generalisasi perjuangan, kaderisasi dari tongkat stafet kita terus berjalan.
dengan demikian, maka jalan panjang perjuangan ini akan ada yang melanjutkan,
tidak berhenti sampai pada generasi kita.
Tugas besar kita
sebagai manusia di tengah masyarakat adalah untuk menjadi virus perubahan bagi
orang lain. Lebihh dari pada itu, kita sebagai penerus manusia papua (agent of
chengs) mempunyai tugas yang besar yang harus kita kerjakan adalah bagaimana
nasib manusia dan alam papua kedepannya.? Maka mari kita saling mengingatkan
sebagai sesame bagi kepetingan kita bersama yaitu menuju perubahan yang abadi.
)* Artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis
Posting Komentar
Posting Komentar