BUA6GOHrM7QLK6XOoFvYvIlTMmwhL9OgHFakY7mh

Sapere Aude Untuk Anak Papua

Anak,anak Kombas malam hari
Di pondok hijau (Doc:Ferdi)


Oleh: Ferdinand Douw


Istilah sapere aude pertama kali di gunakan oleh Imanuel Kant pada tahun 1784. Istilah ini di tulis langsung dalam bukunya yang berjudul ‘jawaban atas pertanyaan, apa itu pencerahan.?” Hal ini pula Istilah sapere aude pertama kali di gunakan oleh Imanuel Kant pada tahun 1784. Istilah ini di tulis langsung dalam bukunya yang berjudul ‘jawaban atas pertanyaan, apa itu pencerahan.?” Hal ini pula pernah diulas oleh salah satu pecinta filsafat Indonesia yakni Reza A.A Wattimena dalam websitenya Rumah Filsafat. Rumah filsafat


Arti dari kata sapereaude ini adalah keberanian untuk berfikir sendiri. Berfikir sendiri adalah suatu kondisi dimana pikiran seseorang bebas dari genggaman keduniawian, artinya sapere aude bukan tentang suatu Dogma,ajaran,pandanagan,ideology ataupun agama namun suatu kepetusan untuk berfikir sendiri tanpa dipengaruhi atau terpengaruhi oleh dunia sekitarnya, termasuk agama yang dianggap sakral selama ini.

Baca Juga: Diskusi Hari kematian Mako Tabuni

Disini, Kant tidak mengajak umat manusia untuk menjadi apatis dan bertindak hanya berdasarkan pikiranya sendiri namun, lebih kepada bagaimana seseorang berfikir dan bertanya atau lebih tepatnya ‘mempertimbangkan’segala sesuatu berdasarkan nalar aslinya. Dalam tulisan ini saya akan mengulas sedikit mengenai bagaimana sapere aude ini hilang dari kehidupan orang papua (generasi mudah papua) hingga hidup terombang-ambing hanya keran tidak mempunyai pendirian dalam berfikir dan bertindak.


papua hari ini mengalami kemunduran dari segala sisi. Kemandiran ini tak mungkin terjadi apabila taka da suatu sebab akibat, dan salah satu akibatnya adalah ketidakberanian generasi mudah papua untuk berfikir dan bertindak sendiri berdasarkan nalar aslinya sendiri. Namun tak selamanya sapere aude ini berlaku mengingat manusia adalah maklhuk sosial (zoon Politicon) yang tak bisa hidup tanpa orang lain, yang dimaksud kemandirian disini adalah suatu upaya dalam mempertimbangkan segala sesuatu yang datang dari luar diri kita yang diakibatkan oleh interaksi kita dengan orang lain/ dunia luar.  Tak hanya berfikir sendiri tapi juga dalam hal menajadi diri sendiri dalam segala hal. Dengan demikian berikut ini adalah beberapa hal tentang anak papua yang terombang aimbing karena ketiadaan kemandirian dalam berfikir.


BUDAYA

Dari banayaknua suku dan budaya di papua, ada beberapa suku dan bahasa yang dimakan oleh kerasnya tantangan zaman. Yang hingga kini masih eksis pun masih dalam tanda tanya, artinya dari sekitar 250-an suku dan bahasa yang ada di papua pun kini mengalami keambiguan dengan kerasnya tantangan zaman. Hal ini tak lain karena ketiadaaan rasa percaya diri pada suku dan bahasa kita sendiri sebagai orang papua. kemunduran ini pula terjadi karena ketiadaan sapere aude dalam benak orang papua sehingga segala sesuatu yang datang dari luar itu adalah sesuatu dianggap  baik dan benar oleh kita (orang papua) tanpa pertimbangan sehingga secara perlahan kebudayaan asli mengalami kemunduran. Dalam kondisi seperti yang dibutuhkan oleh orang papua secara umum adalah kemandiriann berfikir  (pemikiran) dalam mempertimbangkan mana hal yang positif dan mana hal negative, yang mana yang patutu ditiru ataupun hal yang tak patut ditiru.


POLITIK

Dalam dunia perpolitikan di papua, ada banyak istilah yang bisa kita saksikan setiap kali pesta demokrasi. Persta demokrasi sesungguhnya adalah suatu momentum dimana para politikus beradu argument tentang visi misi yang ditawarkan oleh para calon legislative (caleg) secara individu maupun dari partai politik secara general kepada masyarakat. Namun selama ini yang muncul di benak masyarakat setaip ada pesta demokrasi adalah uang,uang dan uang sehingga tujuan utama dalam perpolitikan yakni pengaduhan argument tergantikan dengan virus uang yang justru mematikan logika dalam beradu argument. Selain karena ketiadaan kekritisan masyarakat terhadap para elit yang seringkali mementingkan uang daripada beradu argument ini, juga muncul karena ketiadaan kemandirian dalam berfirkir baik di pihak elit maupun di masyarakat sehingga seolah-olah masyarakt dan parah elit pun ternggelam dalam aroma rupiah. Parah politisi terpengaruh memainkan uang (money politik) karena tak yakin kepada masyarakat yang akan memberikan kepercayaan dalam bentuk suara karena tak yakin dengan visi misi (idealismenya). Sedangakan masyarakat menerima money politik karena terpengaruh sama tawaran para politisi. Para polisi dan masyarakat jatuh dalam lobang yang beranama “terpengaruh” karena tidak memiliki kemandirian dalam berfikiri dan juga ketiadaan kepercayaan diri dikalangan politisi atas visi misi yang telah disampaian sehingga sapere kiranya harus menjadi hal utama dalam upaya membangun papua disegala bidang.

PENDIDIKAN


Pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan manusia. Hal ini telah ditegaskan oleh berbagai tokoh pendidikan nasional seperti Ki.Hajar Dewantara, dan beberapa tokoh lainya. pendidikan  adalah suatu proses dialog antara guru dan murid tentang realitas kehidupan (Paulo Freire). Semntara ada salah satu tokoh sekaligus presiden Afrika selatan, Nelson Mandela mengtakan bahwa pendidikan adalah senjata paling ampu di dunia, kerena dengan pendidikan anda dapat mengubah dunia. dengan melihat beberapa definisi diatas maka dapat dikatakan bawa kualitas pendidikan di suatu daerah/bangsa dapat menentukan kualitas di bidang lain seperti ekonomi, politik ,teknologi dan lain-lain.


Proses pendidikan di papau telah lama berlangsung walaupun sampai saat ini kualitas pendidikan di papua lebih rendah dari provinsi lain di Indonesia.  Hal ini wajar bagi pemerintah karena salah satu alasan yang selalu digunakan oleh mereka adalah susahnya akses ke papua, terutama di papua bagian pedalaman membuat segala pembangunan berjalan lambat. Namun jika dilihat dari cara berfikir Kant, hal ini agak irasional karena dimanapun dan dalam konteks apapun kita berada, kita akan berfikiri seperti biasa sama seperti orang-orang di dunia lain. Susahnya akses pendidikan di papau tak menjadi alasn untuk mengatakan bahawa pendidikan di papua bobrok. Yang perlu di pertanyakan disini adalah apakah pendekatang yang sudah diambil sudah tepat atau belum.? Selain itu kita perlu melihat pendidikan di papua dari perspective orang papua sendiri bahwa pendidikan adalah suatu proses memanusikan manusia dalam upaya mengubah dunia. namun pendidikan yang selama ini menonjol di papua adalah pendidikan yang seolah-olah memaksakan orang papua untuk meninggalkan  hal-hal orisinal ke-papua-an untuk menerima hal-hal baru tentang dunia luar.


Kata “menerima” adalah sesuatu yang dikasih (datang) dari luar sehingga ditiitik ini pula kemadirian orang papua terkikis secara perlahan. Dengan keterkikisan kemandirian ini orang papua kehilangan dirinya sekaligus kehilangan kemandirian dalam berfikir sehingga segala sesuatu baik di bidang pendidikan maupun di bidang lain diterimh mentah-mentah tanpa pertimbangan/ adapatasi dengan budaya luar tanpa menghilngakan hal-hal original.


Dari beberapa ulasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal. Yang pertama: orang papua kemandirian dalam segala hal. Yang kedua: orang papua butuh kekritisan dalam segala hal. Yang ketiga: orang papua butuh kesadaran akan perkembangan zaman untuk kembali bercermian dimana kita berada dan dalam kondisi apa kita terdampar. Dengan demikian kita mampu berefleksi untuk mengambil tindakan dalam mengatasi segala problema sosial di papua.



 diulas oleh salah satu pecinta filsafat Indonesia yakni Reza A.A Wattimena dalam websitenya RumahFilsafat.


Arti dari kata sapereaude ini adalah keberanian untuk berfikir sendiri. Berfikir sendiri adalah suatu kondisi dimana pikiran seseorang bebas dari genggaman keduniawian, artinya sapere aude bukan tentang suatu Dogma,ajaran,pandanagan,ideology ataupun agama namun suatu kepetusan untuk berfikir sendiri tanpa dipengaruhi atau terpengaruhi oleh dunia sekitarnya, termasuk agama yang dianggap sakral selama ini.


Disini, Kant tidak mengajak umat manusia untuk menjadi apatis dan bertindak hanya berdasarkan pikiranya sendiri namun, lebih kepada bagaimana seseorang berfikir dan bertanya atau lebih tepatnya ‘mempertimbangkan’segala sesuatu berdasarkan nalar aslinya. Dalam tulisan ini saya akan mengulas sedikit mengenai bagaimana sapere aude ini hilang dari kehidupan orang papua (generasi mudah papua) hingga hidup terombang-ambing hanya keran tidak mempunyai pendirian dalam berfikir dan bertindak.


papua hari ini mengalami kemunduran dari segala sisi. Kemandiran ini tak mungkin terjadi apabila taka da suatu sebab akibat, dan salah satu akibatnya adalah ketidakberanian generasi mudah papua untuk berfikir dan bertindak sendiri berdasarkan nalar aslinya sendiri. Namun tak selamanya sapere aude ini berlaku mengingat manusia adalah maklhuk sosial (zoon Politicon) yang tak bisa hidup tanpa orang lain, yang dimaksud kemandirian disini adalah suatu upaya dalam mempertimbangkan segala sesuatu yang datang dari luar diri kita yang diakibatkan oleh interaksi kita dengan orang lain/ dunia luar.  Tak hanya berfikir sendiri tapi juga dalam hal menajadi diri sendiri dalam segala hal. Dengan demikian berikut ini adalah beberapa hal tentang anak papua yang terombang aimbing karena ketiadaan kemandirian dalam berfikir.


BUDAYA

Dari banayaknua suku dan budaya di papua, ada beberapa suku dan bahasa yang dimakan oleh kerasnya tantangan zaman. Yang hingga kini masih eksis pun masih dalam tanda tanya, artinya dari sekitar 250-an suku dan bahasa yang ada di papua pun kini mengalami keambiguan dengan kerasnya tantangan zaman. Hal ini tak lain karena ketiadaaan rasa percaya diri pada suku dan bahasa kita sendiri sebagai orang papua. kemunduran ini pula terjadi karena ketiadaan sapere aude dalam benak orang papua sehingga segala sesuatu yang datang dari luar itu adalah sesuatu dianggap  baik dan benar oleh kita (orang papua) tanpa pertimbangan sehingga secara perlahan kebudayaan asli mengalami kemunduran. Dalam kondisi seperti yang dibutuhkan oleh orang papua secara umum adalah kemandiriann berfikir  (pemikiran) dalam mempertimbangkan mana hal yang positif dan mana hal negative, yang mana yang patutu ditiru ataupun hal yang tak patut ditiru.


POLITIK

Dalam dunia perpolitikan di papua, ada banyak istilah yang bisa kita saksikan setiap kali pesta demokrasi. Persta demokrasi sesungguhnya adalah suatu momentum dimana para politikus beradu argument tentang visi misi yang ditawarkan oleh para calon legislative (caleg) secara individu maupun dari partai politik secara general kepada masyarakat. Namun selama ini yang muncul di benak masyarakat setaip ada pesta demokrasi adalah uang,uang dan uang sehingga tujuan utama dalam perpolitikan yakni pengaduhan argument tergantikan dengan virus uang yang justru mematikan logika dalam beradu argument. Selain karena ketiadaan kekritisan masyarakat terhadap para elit yang seringkali mementingkan uang daripada beradu argument ini, juga muncul karena ketiadaan kemandirian dalam berfirkir baik di pihak elit maupun di masyarakat sehingga seolah-olah masyarakt dan parah elit pun ternggelam dalam aroma rupiah. Parah politisi terpengaruh memainkan uang (money politik) karena tak yakin kepada masyarakat yang akan memberikan kepercayaan dalam bentuk suara karena tak yakin dengan visi misi (idealismenya). Sedangakan masyarakat menerima money politik karena terpengaruh sama tawaran para politisi. Para polisi dan masyarakat jatuh dalam lobang yang beranama “terpengaruh” karena tidak memiliki kemandirian dalam berfikiri dan juga ketiadaan kepercayaan diri dikalangan politisi atas visi misi yang telah disampaian sehingga sapere kiranya harus menjadi hal utama dalam upaya membangun papua disegala bidang.

PENDIDIKAN


Pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan manusia. Hal ini telah ditegaskan oleh berbagai tokoh pendidikan nasional seperti Ki.Hajar Dewantara, dan beberapa tokoh lainya. pendidikan  adalah suatu proses dialog antara guru dan murid tentang realitas kehidupan (Paulo Freire). Semntara ada salah satu tokoh sekaligus presiden Afrika selatan, Nelson Mandela mengtakan bahwa pendidikan adalah senjata paling ampu di dunia, kerena dengan pendidikan anda dapat mengubah dunia. dengan melihat beberapa definisi diatas maka dapat dikatakan bawa kualitas pendidikan di suatu daerah/bangsa dapat menentukan kualitas di bidang lain seperti ekonomi, politik ,teknologi dan lain-lain.


Proses pendidikan di papau telah lama berlangsung walaupun sampai saat ini kualitas pendidikan di papua lebih rendah dari provinsi lain di Indonesia.  Hal ini wajar bagi pemerintah karena salah satu alasan yang selalu digunakan oleh mereka adalah susahnya akses ke papua, terutama di papua bagian pedalaman membuat segala pembangunan berjalan lambat. Namun jika dilihat dari cara berfikir Kant, hal ini agak irasional karena dimanapun dan dalam konteks apapun kita berada, kita akan berfikiri seperti biasa sama seperti orang-orang di dunia lain. Susahnya akses pendidikan di papau tak menjadi alasn untuk mengatakan bahawa pendidikan di papua bobrok. Yang perlu di pertanyakan disini adalah apakah pendekatang yang sudah diambil sudah tepat atau belum.? Selain itu kita perlu melihat pendidikan di papua dari perspective orang papua sendiri bahwa pendidikan adalah suatu proses memanusikan manusia dalam upaya mengubah dunia. namun pendidikan yang selama ini menonjol di papua adalah pendidikan yang seolah-olah memaksakan orang papua untuk meninggalkan  hal-hal orisinal ke-papua-an untuk menerima hal-hal baru tentang dunia luar.


Kata “menerima” adalah sesuatu yang dikasih (datang) dari luar sehingga ditiitik ini pula kemadirian orang papua terkikis secara perlahan. Dengan keterkikisan kemandirian ini orang papua kehilangan dirinya sekaligus kehilangan kemandirian dalam berfikir sehingga segala sesuatu baik di bidang pendidikan maupun di bidang lain diterimh mentah-mentah tanpa pertimbangan/ adapatasi dengan budaya luar tanpa menghilngakan hal-hal original.


Dari beberapa ulasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal. Yang pertama: orang papua kemandirian dalam segala hal. Yang kedua: orang papua butuh kekritisan dalam segala hal. Yang ketiga: orang papua butuh kesadaran akan perkembangan zaman untuk kembali bercermian dimana kita berada dan dalam kondisi apa kita terdampar. Dengan demikian kita mampu berefleksi untuk mengambil tindakan dalam mengatasi segala problema sosial di papua.



Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar