BUA6GOHrM7QLK6XOoFvYvIlTMmwhL9OgHFakY7mh

Kemerdekaan Itu direbut, tidak turun dari langit

 

Ilustrasi Pahlawan Indonesia. Freepik

Karena Sesungguhnya kemerdekaan itu tidak jatuh dari langit, tidak juga diberikan Oleh penjajah secara Cuma-cuma. tetapi Harus diperjuangkan dengan taruhan Nyawa dan Air mata dan Darah.
Oleh: Mapiha FM

Kemerdekaan Indonesia di 78 Tahun silam, kita peringati setiap tahunnya. Tepatnya di tanggal 17 Agustus 2023. banyak hal terjadi menyongsong hari HUT RI Ini.

Contoh sedikit kita lihat di beberapa daerah. di Papua. timika, pemkab Surati para pengusaha untuk membantu uang dan barang kepada panitia HUT RI 78 Tersebut. di distrik Mapia, kadis (kepala distrik) mengeluarkan himbauan berupa video untuk mengajak semua pihak terutama PNS, Kepala kampung dan perangkat daerah untuk hadir dalam upacara besok.

di Nabire Papua, ada video yang beredar Mahasiswa Melakukan pawai bendera merah putih Pada Sabtu, (12/8/2023) Universitas Wiyata Mandala (USWIM) Nabire Papua Tengah Menggelar Pawai Bendera Merah Putih di Nabire Papua Tengah. dan menuai banyak Kritik pro dan kontra dari berbagai pihak.

Tidak terlepas juga di beberapa tempat, aparat keamanan membagikan bendera ke masyarakat untuk dikibarkan. Ada juga yang divideokan dan diedarkan dalam bentuk video dan foto di berbagai media sosial.

Selain itu juga, ada yang dengan tegas menolak mengibarkan bendera merah putih dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya hingga enggan untuk mengikuti Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan RI di Tanggal 17 Agustus 2023.

di Tanggal 15, 16 Agustus 2023 saat aksi yang dilakukan oleh Orang Papua di beberapa daerah di Indonesia dalam rangka memperingati Hari New York Agreement dan 4 Tahun Rasisme Indonesia Terhadap Bangsa Papua Memperoleh tindakan diskriminasi dan Represif Serta masa aksi dibubarkan paksa oleh Aparat Kepolisian. Hingga ada yang mengalami Luka dan berujung pada perawatan akibat pemukulan.

Hingga terakhir, kemarin saat Pidato Kenegaraan di siding tahunan MPR (16/08/23) presiden Jokowi bicara soal banyak hal mengenai kemajuan dan keadaan negara Indonesia saat ini. Namun dari banyaknya pembahasan tersebut, pak presiden Jokowi tidak sama sekali menyentuh ataupun membhasa soal isu pemanasan global maupun polusi udara. Padahal, situasi polusi udara di Jakarta sedang parah-parahnya. Bukan hanya warga di Jakarta dan sekitarnya, di Kalimantan dan sumatera pun sama menghirup udara kotor dari asap karhutla. Padahal sudah banyak prediksi bahwa sektor ekonomi akan sangat terimbas jika dampak krisis iklim makin parah. Senada dengan perkataan Menkeu sri mulyani bahwa “potensi kerugian ekonomi akibat krisis iklim mencapai Rp, 112,2 Triliun atau 0,5 persen dari PDB tahun 2023. Bank Indonesia juga memperkirakan ekonomi dunia akan susut 11-14 persen  jika negara-negara mengabaikan isu krisis iklim.

Dari beberapa kasus berbeda yang saya kemukakan diatas, kita dapat melihat dua nasionalisme yang berperan aktif dalam masyarakat. Hingga degradasi kaum awam dan yang paling garis keras mulai nampak. Kita bisa menarik benang merah bahwa  negara ini, masih jauh dari kata Merdeka, walaupun secara fisik sudah bebas dari colonial belanda tetapi secara internal dan kehidupan rakyat, kita jauh kata Merdeka. Sementara sebagai bangsa yang masih dalam perjalanan menuju kemerdekaan, kita enggang menghargai perjuangan bangsa lain dan kita sendiri mempertahankan hegemoni colonial dengan car akita menjadi (yudas) penjual bagi sesame dan menjadi antek bagi colonial. Karena kemerdekaan  Itu bukan ditunggu tetapi direbut. Maka saya ingin mengurangi beberapa hal atas kasus-kasus yang saya sebutkan diatas.

Pemaksaan Kehendak Secara Paksa

Dari kasus pemaksaan yang dilakukan oleh aparat keamanan untuk membagikan bendera, membuat video, menyebarkan foto terkait dengan orang Papua memegang bendera merah putih, mengibarkan bendera, membuat kegiatan dan Berbagai kegiatan lainnya maka terlihat Pemerintah Indonesia melakukan Pemaksaan Kehendak Secara Paksa terhadap Rakyat Papua.

Bila kehendak semacam itu dipaksakan oleh aparat keamanan maka pemerintah Indonesia gagal merawat kepercayaan orang Papua terhadap pemerintah Indonesia. Orang Papua kehilangan trust terhadap pemerintah karena ulah sendiri. Hal ini terjadi karena berbagai hal. Salah satunya adalah Masalah Pelurusan sejarah dan Status Politik, Operasi Militer, Marginalisasi, Pelanggan HAM dan Ketimpangan Sosial.

Pemerintah melalui kaki tangannya terkesan melakukan propaganda cinta merah putih terhadap muka dunia tentang nasionalisme keindonesiaan rakyat Papua. Terkesan mencari muka terhadap situasi politik yang terjadi. Jika ada masalah, maka akan ada pendekatan yang bermuka dua yang melibatkan mahasiswa atau rakyat Papua dan diberikan iming-iming agar wajah Indonesia yang kejam terhadap rakyat Papua ditutup oleh kemunafikan.

Dalam hal diatas, kemerdekaan sesungguhnya bagi Indonesia belum pernah tercapai di hati masyarakat Papua yang masih merasa kelas kedua (jadi anak tiri) di negeri ini. Rasis, Pembungkaman, Perampasan Hak, Stigma Buruk, Hukum Imperialis, dan Kriminalisasi yang masih dirasakan oleh Rakyat Papua Hingga hari ini adalah cermin dari kegagalan pemerintah Indonesia menyentuh Needs Rakyat Papua. Sehingga menyebabkan rasa apatis dan semakin menarik diri dari dalam partisipasi Politik Tradisi Seperti Hari HUT ini.

Makna kemerdekaan bagi Rakyat Papua Jauh dari Kata Kemerdekaan itu sendiri. Jangankan di Papua, di Dago Bandung misalkan, mafia tanah masih merampas Tanah Rakyat Melalui Kaki Tangan Kepolisian yang melindungi Para pelaku mafia Tanah. Rakyat Wadas yang Menghadapi Penggusuran, rakyat pakel yang masih menghadapi penggususran, Rakyat Kalimantan yang Masih Mempertahankan Kehidupan di tengah Maraknya Pembangunan Perusahaan Batu Bara dan Kelapa Sawit. Rakyat Kalimantan Utara (Kaltara) yang rumah dan Gerejanya digusur oleh TNI.  20 Ribu Warga di Kalimantan Timur (Kaltim) yang terancam digusur oleh Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Berbagai Permasalahan Sosial Lainnya adalah Indikasi bahwa Warga Negara Jauh dari Kata Kemerdekaan.

dalam berbagai sektor kehidupan di Indonesia seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, politik, Keamanan, Agraria, dan lainnya masih masih jauh dari harapan berdemokrasi dalam negara.  Hingga dalam Kasus penyampaian pendapat di muka umum yang seharusnya sudah di lindungi oleh konstitusi negara ini di bungkam.  Para aktivis yang bersuara demi kebaikan Rakyat, dibungkam dan didiskriminasi ruang demokrasi semakin sempit, Lahan rakyat dirampok korporasi, harga bahan pokok meningkat, politik identitas semakin marak, Para Koruptor dipiara oleh Negara, biaya sekolah dan akses kesehatan makin sulit. Padahal amanah konstitusi mengatakan Pelihara Fakir Miskin dan Kehidupan Bangsa Harus dicerdaskan.

Disinilah kita bisa temukan negara berbelok dari arah haluan dari yang sesungguhnya. Para pahlawan bangsa telah rela berkorban untuk meraih kemerdekaan, para pendahulu bangsa bertaruh nyawa merumuskan Dasar Negara, Tujuan Negara dan Lain Sebagainya agar menjadi pondasi bangsa ini. Tetapi pemerintah sekarang melalui para pemegang kebijakan, para menteri dan Presiden sekarang telah melucuti dan mempermainkan semuanya itu. Artinya bahwa Presiden Tidak Menghargai Para Pahlawan Bangsa Indonesia dan Menghina Hasil Para Pendahulu Bangsa Indonesia.

Kita Menghargai Agar Mencapai Tujuan

Terlepas dari Tuntutan apapun, saya sedikit teringat kepada gaya kepemimpinan  Mahatma Gandhi di India selama dia memimpin India keluar dari Perbudakan (Penjajahan Inggris).

Selama Mahatma Ghandi Melakukan Orasi Politik, dia selalu Mengajak Masyarakat Untuk Menyanyikan Lagu Kebangsaan Inggris dan Menghormati Bendera Negara Inggris. Walaupun Gandhi menyadari dan Mengetahui Bahwa Penjajahan yang dilakukan Inggris kepada Orang India Saat itu Sangat Kejam dan Tidak Manusiawi.

Gandhi sadar bahwa Lagu yang dinyanyikan itu sangat Sakral dan Kain yang bernama (Bendera) yang Berkibar itu sangat panjang Perjuangannya. Karena Banyak Nyawa Manusia Hilang, Banyak Darah Tertumpah hanya untuk Mempertahankan Agar Kain itu Berkibar di Udara Lepas Bebas.

Dalam prinsip Perjuangan Mahatma Gandhi, ada 4 Prinsip yang dia terapkan demi Memperoleh Pembebasan (Kemerdekaan) tanpa kekerasan. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah Bagaimana dia menerapkan praktik khaddar atau memproduksi sendiri dan tidak membeli produk impor dengan tujuan memboikot produk asing.

Sejarah Perjuangan Indonesia untuk merdeka itu tidak segampang membalikkan telapak tangan. Kemerdekaan tidak dikasih cuma-cuma oleh Belanda. Tetapi diperjuangkan dan direbut oleh semangat patriotisme dan nasionalisme yang tinggi melalui para pendahulu dan pahlawan yang siap memberikan nyawa demi tanah airnya. Antara merdeka atau mati.

Bendera merah putih yang pada hari ini tanggal 17 Agustus 2023 Berkibar adalah Hasil (Buah) Perjuangan dari Para Pendahulu Bangsa Indonesia yang Patut Kita Hormati dan Hargai. Karena Nasionalisme dan Patriotisme mereka Melampaui Zaman dan Waktu. Mereka Berjuang dengan Hati. Berjuang dengan Ikhlas dan Penuh Rasa Patriot.

Kita sebagai Bangsa dalam Perjalanan Menuju Pembebasan Nasional, Harus Belajar dari Para Pahlawan Bangsa Indonesia yang kalau berjuang itu tidak setengah-setengah, Tidak Menjual, tidak Rakus,  Tidak Mencari Muka, tidak Mencari panggung, tidak angkat tangan kiri di jalan dan mengemis dengan tangan kanan di warkop apalagi demi kepentingan Perut Sendiri. Para pahlawan bangsa Indonesia berjuang karena cinta akan tanah air. Karena mereka sadar kalau mebiarkan Belanda terus menguasai bangsanya maka tidak akan ada kebebasan dalam hidup masyarakat.

Perjuangan Yang dilandaskan dari rasa cinta dan ikhlas dari hati inilah yang harus menjadi teladan bagi kita sebagai Bangsa yg baru dalam perjalanan. Semangat juang seperti para pendahulu inilah yang patut kita teladani dalam mensiasati segala macam agenda dan bentuk perlawanan kita ke depan agar menjadi batu lompatan.

Kita kadang meneriakkan jangan ikut Upacara 17 Agustus, jangan kibarkan bendera merah putih,  jangan nyanyikan lagu kebangsaan Indonesia...!!!!!! Sementara kita sendiri tidak menyadari bahwa kita sendirilah yang memperpanjang akar masalah sehingga Penindasan dan Ketidakadilan itu sampai sekarang melanggen di bumi Papua.

Kita tidak ikut upacara 17 Agustus tetapi selama kita masih menjadi yudas (penjual) sesama, masih menjadi antek colonial, makan nasi, masih gunakan uang rupiah, masih gunakan fasilitas umum yang disediakan oleh negara maka saat itu kita adalah orang Indonesia sejati, yang mencintai negaranya dengan internalisasi semua produk Indonesia didalam hidup kita. Tetapi Mahatma Gandhi tdk mau gunakan semua barang milik penjajah, walaupun dia sangat menghormati bendera penjajah.

Itulah bedanya kita yang membenci bendera penjajah tetapi hidup dari barang milik penjajah dengan Gandhi. Logika kita sudah tidak bermain sama sekali sehingga kita menjadi orang-orang yang Munafik. Karena Kemerdekaan itu Diperjuangkan bukan Jatuh dari Langit.

Selamat Memperingati Hari Raya Kemerdekaan Indonesia Yang Ke 78 Tahun, bukan usia yang mudah lagi untuk terus menindas dan melakukan pelanggaran HAM dan Pembungkaman Sejarah dan Ruang Demokrasi. Semoga Lekas Pulih. Dengan Bertambahnya usia ini Semakin dewasa Pula dalam Melihat Realitas Sosial dalam Tubuh Sendiri. Sehingga Perjuangan Para Pendahulu menjadi Teladan bagi Bangsa Yang Sedang Berjuang Merebut Kedaulatan (Pembebasan) Rakyat.


Lautan Api, 17 Agustus 2023

FM

Related Posts
SHARE
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar