BUA6GOHrM7QLK6XOoFvYvIlTMmwhL9OgHFakY7mh

Siapa yang pergi ke surga, dan Mengapa..?

     
 
ilustrasi surga dari berjagajagawordpres.com
Oleh. F. H.
BANYAK ORANG mengatakan, ‘Semua orang baik pergi ke surga.’ Akan tetapi, bila ditanya mengapa mereka pergi ke surga, mereka mungkin mengatakan: ‘Untuk tinggal bersama-sama dengan Allah,’ atau, ‘Itulah imbalan bagi orang baik.’ Apa yang diajarkan Alkitab tentang hal ini?
Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Yesus dibangkitkan dari antara orang mati dan bahwa ia pergi ke surga. Dikatakan juga bahwa orang-orang lain akan dibawa ke sana. Pada malam sebelum kematiannya, Yesus mengatakan kepada rasul-rasulnya yang setia: “Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.”—Yohanes 14:1-3.
Jelaslah, Yesus mengatakan kepada rasul-rasulnya bahwa mereka akan dibawa ke surga untuk tinggal bersama dengan dia. Rasul Paulus sering mengatakan kepada umat Kristen yang mula-mula tentang harapan yang menakjubkan itu. Misalnya, ia menulis: “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Kristus Yesus sebagai Juruselamat.” (Filipi 3:20, 21; Roma 6:5; 2 Korintus 5:1, 2) Berdasarkan janji-janji tersebut, jutaan orang sangat mendambakan kehidupan di surga. Akan tetapi, apakah semua orang baik pergi ke surga?
APAKAH SEMUA ORANG BAIK PERGI KE SURGA?
Tak lama sesudah Yesus dibangkitkan dari antara orang mati, rasul Petrus mengatakan kepada sekumpulan orang Yahudi: “Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. Sebab bukan Daud yang naik ke sorga.” (Kisah 2:29, 34) Jadi Daud, orang yang baik itu tidak pergi ke surga. Bagaimana dengan Ayub, orang yang jujur itu?
Baca juga: kekasih bayangan
Dalam penderitaannya, Ayub berdoa kepada Allah: “Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati [“Sheol,” NW; “kuburan”], melindungi aku, sampai murkaMu surut; dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula!” Ayub berharap, agar jika ia mati, ia akan menjadi tidak sadar dalam kuburan. Ia tahu bahwa ia tidak akan pergi ke surga. Akan tetapi, ia mempunyai harapan, seperti yang diterangkannya: “Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku [waktu yang ditetapkan dalam kuburan], sampai tiba giliranku; maka Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut.”—Ayub 14:13-15.
Yohanes, yang membaptis Yesus, juga seorang yang baik. Akan tetapi, Yesus berkata: “Yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.” (Matius 11:11) Hal ini demikian, karena Yohanes Pembaptis tidak akan pergi ke surga. Ketika Yesus berada di bumi, yaitu lebih dari 4.000 tahun setelah pemberontakan Adam dan Hawa, ia berkata: “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.”—Yohanes 3:13.
Karena itu, menurut kata-kata Yesus sendiri, tidak seorang pun telah pergi ke surga selama 4.000 tahun sejarah manusia sampai pada zaman Yesus. Daud, Ayub dan Yohanes Pembaptis akan mendapat kebangkitan kepada kehidupan di bumi. Sebenarnya, semua pria dan wanita yang mati setia sebelum Yesus mati, mempunyai harapan untuk hidup kembali di bumi, bukan di surga. Mereka akan dibangkitkan untuk menjadi sebagian dari rakyat di bumi bagi kerajaan Allah.—Mazmur 72:7, 8; Kisah 17:31.
MENGAPA BEBERAPA ORANG YANG SETIA PERGI KE SURGA.?
Mengapa Yesus pergi ke surga? Tugas apa yang harus dilaksanakannya di sana? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini penting, sebab orang-orang yang pergi ke surga akan ikut bersama Yesus dalam pekerjaannya. Justru untuk maksud itu mereka pergi ke surga.
Yesus akan memerintah atas bumi baru firdaus sebagai raja dari pemerintahan surgawi Allah. Lama sebelum Yesus datang ke bumi, Alkitab, dalam buku Daniel menubuatkan bahwa “anak manusia” akan ‘diberi kekuasaan.’ “Anak Manusia” itu adalah Kristus Yesus. (Markus 14:41, 62) Daniel selanjutnya mengatakan: “Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.”—Daniel 7:13, 14.
Namun, penting untuk diperhatikan dalam buku Daniel ini bahwa “anak manusia” tidak akan memerintah seorang diri. Alkitab mengatakan: “Maka pemerintahan, kekuasaan . . . akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi: pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang kekal.” (Daniel 7:27) Ungkapan “orang-orang” dan “pemerintahan mereka” menyatakan kepada kita bahwa orang-orang lain akan memerintah bersama Kristus dalam pemerintahan Allah.
Pada malam terakhir ketika Yesus bersama ke-11 rasulnya yang setia, ia memperlihatkan bahwa mereka akan menjadi penguasa bersama dengan dia dalam kerajaan Allah. Ia mengatakan kepada mereka: “Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak [“perjanjian,” NW] Kerajaan bagi kamu, sama seperti BapaKu menentukannya bagiKu.” (Lukas 22:28, 29) Belakangan, rasul Paulus dan Timotius diikutsertakan dalam perjanjian kerajaan ini. Karena itu, Paulus menulis kepada Timotius: “Jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia [sebagai raja, NW].” (2 Timotius 2:12) Demikian pula, rasul Yohanes menulis tentang orang-orang yang akan “memerintah sebagai raja di bumi” bersama dengan Kristus Yesus.—Wahyu 5:9, 10; 20:6.
Jadi orang-orang yang pergi ke surga pergi ke sana untuk melayani sebagai rekan-rekan penguasa bersama Kristus dalam pemerintahan surgawi Allah. Meskipun Yesus “keturunan” utama yang dijanjikan, Allah memilih orang-orang lain dari antara umat manusia untuk memerintah bersama Yesus dalam kerajaan itu. Dengan demikian mereka menjadi bagian dari “keturunan” itu, sebagaimana dikatakan Alkitab: “Jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.”—Galatia 3:16, 29; Yakobus 2:5.
BERAPA ORANG PERGI KE SURGA?
Mereka akan memerintah atas bumi ini, jelas bahwa orang-orang yang pergi ke surga adalah pengikut-pengikut Kristus yang telah teruji. Hal ini berarti bahwa bayi-bayi dan anak-anak kecil, yang belum diuji sepenuhnya dalam tahun-tahun pelayanan Kristen, tidak akan dibawa ke surga. (Matius 16:24) Namun, anak-anak kecil yang meninggal mempunyai harapan untuk dibangkitkan kepada kehidupan di bumi. (Yohanes 5:28, 29) Jadi yang akan pergi ke surga hanya sejumlah kecil bila dibandingkan dengan banyaknya orang yang akan menerima kehidupan di bumi di bawah pemerintahan Kerajaan. Yesus mengatakan kepada murid-muridnya: “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.”—Lukas 12:32.
Seberapa kecil jumlah yang membentuk golongan para penguasa Kerajaan itu? Apakah hanya akan mencakup para rasul dan pengikut-pengikut Yesus yang mula-mula lainnya? Tidak, Alkitab memperlihatkan bahwa “kawanan kecil” ini akan mencakup lebih banyak orang. Dalam Wahyu 14:1, 3 Alkitab mengatakan: “Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba [Kristus Yesus] berdiri di bukit Sion [surgawi] dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang . . . yang telah ditebus [atau, diambil] dari bumi itu.” Perhatikan bahwa hanya 144.000 orang yang terlihat bersama Anak Domba, Kristus Yesus, di Bukit Sion surgawi. (Ibrani 12:22) Jadi bukan semua orang baik pergi ke surga, tetapi Alkitab menyingkapkan bahwa hanya 144.000 orang yang teruji dan setia yang akan dibawa ke sana untuk memerintah bersama Kristus.
MENGAPA DIPILIH DARI BUMI.?
Akan tetapi, mengapa Allah memilih penguasa-penguasa ini dari antara umat manusia? Mengapa bukan malaikat-malaikat saja yang memerintah bersama Kristus? Ya, di bumi inilah hak Allah untuk memerintah ditantang. Di sinilah kesetiaan manusia kepada Allah dapat diuji di bawah tentangan dari Iblis. Di sinilah Yesus membuktikan keloyalannya yang sepenuhnya kepada Allah di bawah ujian dan menyerahkan kehidupannya sebagai tebusan bagi umat manusia. Maka dari bumi inilah Allah merencanakan untuk mengambil suatu “kawanan kecil” orang-orang untuk dipersatukan dengan putra-Nya dalam kerajaan surga. Mereka adalah orang-orang yang, dengan kesetiaan kepada Allah, membuktikan tuduhan Iblis palsu, yaitu bahwa orang-orang melayani Allah hanya karena alasan-alasan yang mementingkan diri. Karena itu, memang cocok bahwa Allah menggunakan orang-orang ini demi kemuliaan-Nya.—Efesus 1:9-12.
Juga, pikirkan betapa menakjubkan bahwa penguasa-penguasa ini adalah orang-orang yang telah terbukti setia kepada Allah di bumi. Banyak dari mereka bahkan mengorbankan kehidupan mereka demi Kerajaan itu. (Wahyu 12:10, 11;20:4) Para malaikat tidak menghadapi ujian-ujian demikian. Mereka juga tidak mengalami problem-problem yang umum bagi umat manusia. Jadi mereka tidak akan mengerti sepenuhnya bagaimana keadaan sebagai manusia yang berdosa dengan problem-problem yang kita hadapi sebagai manusia. Namun ke-144.000 tersebut akan mengerti karena problem-problem ini telah mereka alami. Beberapa di antara mereka harus mengatasi praktik-praktik yang sangat berdosa, dan mereka tahu betapa sulitnya untuk berhasil mengatasinya. (1 Korintus 6:9-11) Karena itu, mereka akan memperlakukan rakyat mereka di bumi dengan penuh pengertian.—Ibrani 2:17, 18.
SIDANG JEMAAT ALLAH
Alkitab mengatakan kepada kita bahwa Kristus adalah kepala dari sidang jemaat Allah, dan bahwa para anggotanya tunduk kepada Yesus. (Efesus 5:23, 24) Jadi kata “gereja,” atau “jemaat Allah,” tidak memaksudkan suatu bangunan, tetapi memaksudkan sekumpulan umat Kristen. (1 Korintus 15:9).
Akan tetapi, apabila Alkitab menyebut tentang “jemaat dari Allah yang hidup,” yang dimaksudkan adalah suatu kelompok khusus para pengikut Kristus. (1 Timotius 3:15) Mereka juga disebut “jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga.” (Ibrani 12:23) Jadi “jemaat Allah” ini terdiri dari semua orang Kristen di bumi yang mempunyai harapan untuk hidup di surga. Seluruhnya, hanya 144.000 orang yang pada akhirnya membentuk “jemaat Allah.” Dewasa ini hanya ada beberapa dari mereka, suatu sisa, yang masih hidup di bumi. Umat Kristen yang berharap untuk hidup kekal di bumi mencari bimbingan rohani dari anggota “jemaat dari Allah yang hidup” ini. Alkitab juga menyebut jemaat yang terdiri dari 144.000 anggota ini dengan istilah-istilah seperti “pengantin perempuan, mempelai Anak Domba,” “tubuh Kristus,” “bait Allah,” “Israel milik Allah,” dan “Yerusalem yang baru.”—Wahyu 21:9; Efesus 4:12; 1 Korintus 3:17; Galatia 6:16; Wahyu 21:2.
HAL YANG BARU DALAM MAKSUD-TUJUAN ALLAH
Allah tidak mengubah maksud-tujuan-Nya bagi bumi dan umat manusia yang hidup di atasnya setelah Adam membawa keturunan umat manusia kepada dosa dan kematian. Seandainya Allah berbuat demikian, ini akan berarti bahwa Ia tidak sanggup melaksanakan maksud-tujuan-Nya semula.
Maksud-tujuan-Nya sejak semula adalah suatu firdaus di seluruh bumi yang dipenuhi dengan orang-orang yang berbahagia dan sehat, dan maksud-tujuan itu masih berlaku. Satu-satunya hal baru yang diperkenalkan Allah adalah penyelenggaraan-Nya berupa suatu pemerintahan baru untuk melaksanakan maksud-tujuan-Nya. Seperti yang kita lihat, Putra-Nya, Kristus Yesus, adalah penguasa utama dalam pemerintahan ini, dan 144.000 orang akan diambil dari antara umat manusia untuk memerintah di surga bersama dengan dia.—Wahyu 7:4.
Penguasa-penguasa di surga ini akan membentuk “langit yang baru” dari sistem baru Allah. Namun jelas, bahwa jika ada penguasa yang adil untuk memerintah atas bumi, maka harus ada orang-orang yang mereka perintah. Alkitab menyebut orang-orang ini sebagai “bumi yang baru.” (2 Petrus 3:13; Wahyu 21:1-4). Antara lain termasuk Ayub, Daud dan Yohanes Pembaptis—ya, semua orang setia yang hidup sebelum Kristus datang ke bumi. Akan tetapi, lebih banyak lagi orang yang akan membentuk “bumi yang baru,” termasuk orang-orang yang hidup melampaui akhir sistem jahat ini.

*) Penulis adalah Mahasiswa di Bandung
Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar