BUA6GOHrM7QLK6XOoFvYvIlTMmwhL9OgHFakY7mh

BELANDA DALAM PELUKAN INSOS

@facebook
Oleh: Ferdy D

"Jangan Pergi. Ini aturan Negara, kita pu cinta ini murni dari Allah"
Setelah lama berpelupakan mesrah di ujung Pelabuhan Depapre. Ferderick, Pemuda asal Belanda yang jatuh Cinta sama Perempuan Papua itu pelan-pelan melepaskan pelukan mesrah. Ia diwajibkan balik ke Negeri asalnya, kemurnian dan ketulusan cintanya dipisahkan oleh aturan Negara dan kondisi politik saat itu.

"Jangan.. Jang dulu pergi.. Ini cuma aturan Negara, Kita pu cinta ini murni dari Allah, kita boleh langgar aturan Negara tapi tidak bisa melawan takdir Tuhan..ingat kata Pendeta: apa yang disatukan oleh Tuhan tak bisa dipisahkan oleh manusia"
Kata Insos mencoba menahan pemuda bekulit putih disampingnya. Ia mencoba meyakinkan dengan memberi banyak hal, Ia bersumpah tidak akan berpindah Hati, Insos juga berjanji akan mengikuti semua hal yang Ferderick inginkan. Namun, Mereka tahu, sebagus apapun ide mereka, semua itu akan dikalakan oleh Ideologi Nasionalisme dan kekuasaan politik, saat itu nyawa sama sekali tak berharga dari Nasionalisme.


"Aku sangat mencintaimu. lebih dari apapun, tapi kau tahu: di zaman kita hidup ini, Nasionalisme lebih penting dari Nyawa dan Cinta. Aku ini orang Belanda, sementara kau adalah penghuni Bumi Papua yang berencana menikah dengan orang asing. mereka bisa membunuh kita, sebab pernikahan kita itu sama halnya dengan menyatukan dua Negara yang bermusuhan"

Ferderick masih ingin berbicara. Ia ingin memberi argument yang kuat agar Insos dapat merelakanya pergi tanpa tetesan air mata di pipinya. Ia ingin terlihat kuat, namun hati tak sekuat ototnya, Air mata bercucuran setelah beberapa kata keluar dari mulutnya.

Setiap orang, darimanapun asalnya, Ia pasti mencintai lingkungan dimana Ia dibesarkan. Mencintai ruang dan waktu dimana ia menghabiskan masa-masa kecilnya. begitu Juga dengan Orang asing yang lahir dan besar di Papua itu, Ia mencintai Papua sama halnya dengan Ia mencinta Insos. Hal ini pernah diungkapkan oleh Ferderick di bulan September Tahun 1960. saat dimana mereka duduk mesrah makan Pinang, sambil menikmati angin sepoi dari lautan Pasific. 

Baca Juga: Kekasih Bayangan

"Kealamiahan kamu itu sama dengan alam Papua. Keindahan dan keeksotisan Kamu dan Papua tak ada bedanya, Makanya saya mencintai kamu sama halnya dengan saya mencintai Papua"
Cinta mereka dipisahkan oleh Ideologi negara yang membabi buta. Ferderick saat itu sadar betul bahwa para Perpetua di Negaranya melakukan hal-hal tidak manusiawi terhadap orang Pribumi Nusantara, terutama orang Jawa, sehingga balas dendam akan penderitaan mereka lakukan setelah mereka berdiri sebagai satu Negara yang berdaulat.

"kau harus mengerti perpolitikan saat ini. Negaraku adalah salah satu Negara yang kapitalistis, pemerintah Belanda telah lama merampas kekayaan alam Nusantara serta menganggap orang pribumi adalah orang bodok, tidak produktif, kotor, Dan hari ini mereka telah berdaulat atas negara mereka sendiri" sahut ferderick.

"kau termasuk Bangsa Melanesia. Tidak termasuk dalam bangsa melayu. Salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia mengatakan hal itu, namun akhir-akhir ini Indonesia berambisi untuk merebut Papua , mereka sudah berdiplomasi dengan Belanda dan kami diwajibkan untuk balik ke Belanda" Jelas Ferderick.


Ferderick kemana-mana membawa Radio kecil, Ia mengikuti setiap berita dari Java maupun dari Belanda, Ia mengikuti setiap perkembangan polemik politik indonesia dan Belanda, Sehingga kata-kata itu dapat diterimah oleh perempuan munggil dari pesisir Papua itu.

Lama setelah Ferderick menjelaskan semua tentang tanah air Papua yang diperebutkan di tingkat internasional oleh beberapa Negara itu, Insos mulai mengerti dan menerima kenyataan sebagaimana adanya.

Tak hanya menerima kenyataan namun ia mulai sadar dan kwatir. Ia sadar akan kondisi Papua saat itu, Insos juga kwtir tanah air yang ia cintai itu jatuh pada Negara yang salah, sebab kalimat 'Diperrebutkan oleh beberapa Negara' itu dikeluarkan oleh Ferderick yang selama ini dikenal tak pernah bohong.

Tak lama kemudian. Stom yang ketiga kalinya berbunyi. Semua orang Belanda mulai bergerak mengambil barang masing-masing. Pelukan insos mulai mengeras seolah menunjukkan cintanya yang sangat mendalam.


"baca surat ini setelah kapal menghilang dari Pandaganmu"
bisik Ferderick dalam pelukan insos sambil mengeluarkan sepucuk kertas.
Ia melepaskan pelukan itu sebab semua orang Belanda kosong di pelabuhan Jayapura. Ia adalah orang terakhir yang naik kapal, Ia orang terkahir di bumi Papua. Disana insos terduduk dalam belaian air mata, tak kuat melihat Ferderick Pergi, Bumi seolah kiamat dalam benak Insos, Hingga kapal itu hilang menuju lautan Pasifik.

Sesuai kata Ferderick. Setelah kapal menghilang, Ia membuka surat itu.

"AKU BANGSA SUPERPOWER TAPI SUPERWEAK DIHADAPAN INSOS.
AKU MENJAJAH BANYAK ORANG TAPI AKU TERJAJAH KETIKA INSOS TAK ADA DIHADAPANKU.
AKU MENUNDUKAN BANYAK ORANG TAPI AKU TERTUNDUK DIHADAPAN INSOS.
CUMA INSOS YANG BISA MENUNDUKAN BELANDA. I LOVE U FOREVER"


    FD

[Honai, 04 Agustus 2020]
Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar