Oleh: Ferdy D
"Jangan
Pergi. Ini aturan Negara, kita pu cinta ini murni dari Allah"
Setelah
lama berpelupakan mesrah di ujung Pelabuhan Depapre. Ferderick, Pemuda asal
Belanda yang jatuh Cinta sama Perempuan Papua itu pelan-pelan melepaskan
pelukan mesrah. Ia diwajibkan balik ke Negeri asalnya, kemurnian dan ketulusan
cintanya dipisahkan oleh aturan Negara dan kondisi politik saat itu.
"Jangan..
Jang dulu pergi.. Ini cuma aturan Negara, Kita pu cinta ini murni dari Allah,
kita boleh langgar aturan Negara tapi tidak bisa melawan takdir Tuhan..ingat
kata Pendeta: apa yang disatukan oleh Tuhan tak bisa dipisahkan oleh
manusia"
Kata Insos
mencoba menahan pemuda bekulit putih disampingnya. Ia mencoba meyakinkan dengan
memberi banyak hal, Ia bersumpah tidak akan berpindah Hati, Insos juga berjanji
akan mengikuti semua hal yang Ferderick inginkan. Namun, Mereka tahu, sebagus
apapun ide mereka, semua itu akan dikalakan oleh Ideologi Nasionalisme dan
kekuasaan politik, saat itu nyawa sama sekali tak berharga dari Nasionalisme.
Baca Juga: siapa yang pergi ke surga dan mengapa
"Aku
sangat mencintaimu. lebih dari apapun, tapi kau tahu: di zaman kita hidup ini,
Nasionalisme lebih penting dari Nyawa dan Cinta. Aku ini orang Belanda,
sementara kau adalah penghuni Bumi Papua yang berencana menikah dengan orang
asing. mereka bisa membunuh kita, sebab pernikahan kita itu sama halnya dengan
menyatukan dua Negara yang bermusuhan"
Ferderick
masih ingin berbicara. Ia ingin memberi argument yang kuat agar Insos dapat
merelakanya pergi tanpa tetesan air mata di pipinya. Ia ingin terlihat kuat, namun hati tak sekuat ototnya, Air mata bercucuran setelah beberapa kata keluar
dari mulutnya.
Setiap
orang, darimanapun asalnya, Ia pasti mencintai lingkungan dimana Ia dibesarkan.
Mencintai ruang dan waktu dimana ia menghabiskan masa-masa kecilnya. begitu
Juga dengan Orang asing yang lahir dan besar di Papua itu, Ia mencintai Papua
sama halnya dengan Ia mencinta Insos. Hal ini pernah diungkapkan oleh Ferderick
di bulan September Tahun 1960. saat dimana mereka duduk mesrah makan Pinang,
sambil menikmati angin sepoi dari lautan Pasific.
Baca Juga: Kekasih Bayangan
"Kealamiahan
kamu itu sama dengan alam Papua. Keindahan dan keeksotisan Kamu dan Papua tak
ada bedanya, Makanya saya mencintai kamu sama halnya dengan saya mencintai
Papua"
Cinta
mereka dipisahkan oleh Ideologi negara yang membabi buta. Ferderick saat itu
sadar betul bahwa para Perpetua di Negaranya melakukan hal-hal tidak manusiawi
terhadap orang Pribumi Nusantara, terutama orang Jawa, sehingga balas dendam
akan penderitaan mereka lakukan setelah mereka berdiri sebagai satu Negara yang
berdaulat.
"kau
harus mengerti perpolitikan saat ini. Negaraku adalah salah satu Negara yang kapitalistis, pemerintah Belanda telah lama merampas kekayaan alam Nusantara
serta menganggap orang pribumi adalah orang bodok, tidak produktif, kotor, Dan
hari ini mereka telah berdaulat atas negara mereka sendiri" sahut
ferderick.
"kau
termasuk Bangsa Melanesia. Tidak termasuk dalam bangsa melayu. Salah satu
pejuang kemerdekaan Indonesia mengatakan hal itu, namun akhir-akhir ini
Indonesia berambisi untuk merebut Papua , mereka sudah berdiplomasi dengan
Belanda dan kami diwajibkan untuk balik ke Belanda" Jelas Ferderick.
Baca Juga: 36 Tahun Arnold Clemens Ap Dibunuh
Ferderick
kemana-mana membawa Radio kecil, Ia mengikuti setiap berita dari Java maupun
dari Belanda, Ia mengikuti setiap perkembangan polemik politik indonesia dan
Belanda, Sehingga kata-kata itu dapat diterimah oleh perempuan munggil dari
pesisir Papua itu.
Lama
setelah Ferderick menjelaskan semua tentang tanah air Papua yang diperebutkan
di tingkat internasional oleh beberapa Negara itu, Insos mulai mengerti dan
menerima kenyataan sebagaimana adanya.
Tak hanya
menerima kenyataan namun ia mulai sadar dan kwatir. Ia sadar akan kondisi Papua
saat itu, Insos juga kwtir tanah air yang ia cintai itu jatuh pada Negara yang
salah, sebab kalimat 'Diperrebutkan oleh beberapa Negara' itu dikeluarkan oleh
Ferderick yang selama ini dikenal tak pernah bohong.
Tak lama
kemudian. Stom yang ketiga kalinya berbunyi. Semua orang Belanda mulai bergerak
mengambil barang masing-masing. Pelukan insos mulai mengeras seolah menunjukkan
cintanya yang sangat mendalam.
Baca Juga: Mengenal Literasi dalam konteks Papua
"baca
surat ini setelah kapal menghilang dari Pandaganmu"
bisik
Ferderick dalam pelukan insos sambil mengeluarkan sepucuk kertas.
Ia
melepaskan pelukan itu sebab semua orang Belanda kosong di pelabuhan Jayapura.
Ia adalah orang terakhir yang naik kapal, Ia orang terkahir di bumi Papua.
Disana insos terduduk dalam belaian air mata, tak kuat melihat Ferderick Pergi,
Bumi seolah kiamat dalam benak Insos, Hingga kapal itu hilang menuju lautan
Pasifik.
Sesuai
kata Ferderick. Setelah kapal menghilang, Ia membuka surat itu.
"AKU
BANGSA SUPERPOWER TAPI SUPERWEAK DIHADAPAN INSOS.
AKU
MENJAJAH BANYAK ORANG TAPI AKU TERJAJAH KETIKA INSOS TAK ADA DIHADAPANKU.
AKU
MENUNDUKAN BANYAK ORANG TAPI AKU TERTUNDUK DIHADAPAN INSOS.
CUMA INSOS
YANG BISA MENUNDUKAN BELANDA. I LOVE U FOREVER"
FD
[Honai, 04
Agustus 2020]
Posting Komentar
Posting Komentar