BUA6GOHrM7QLK6XOoFvYvIlTMmwhL9OgHFakY7mh

PEMUDA TANPA NAMA

 

Ucapan peringatan Kenaikan Isa Almasih. (Freepik)

Mahasiswa itu duduk dengan sangat santai di bawa pohon yang sengaja ditanam untuk dijadikan tempat membuang penak para mahasiswa dan mahasiswi. Penjual kopi datang membawa dua gelas dengan tiga batang rokok sesuai pesanan. Lalu ia kembali melanjutkan kerjaan. Sementara Barto masih menikmati suasana siang ini disamping patung seorang pahlawan di Get 2 UPI.

Suasana tempat ini tak sama dengan suasanan 7 bulan yang lalu. tempat ini sunyi bagai kota mati saat Negri ini masih dikuasai virus bernama Corona. tanda-tanda kehidupan muncul 3 minggu belakangan. Mahasiswa baru mulai bermunculan dimana-mana dengan semangat kuliah yang melampaui batas normal. ada juga mahasiswa lama yang berjalan seperti orang stress kesana-kemari, entah apa yang ada dikepala mereka; tuntutan orang tua untuk cepat selesai atau penyelesaian mata kuliah yang terus dipersulit oleh dosen-dosen arogant.

Depan museum mahasiswa dan mahasiswi baru dari seni tari terus ribut dan latihan tari. Security terus memantau keadaan dengan kepungan asap dimulut. Pekerja dikampus keluar masuk dengan kesibukan masing-masing. Barto duduk lama disombaran itu tanpa melakukan apa-apa. Duduk sekedar duduk, minum kopi sambil sesekali menarik nikotin dalam-dalam. Cuma itu kerjaan Berto disana.

Tak lama kemudian. Seorang pemuda dengan kaos abu-abu, rambut panjangnya menyentuh bahu menghampirinya. Pemuda itu duduk didepan Barto tanpa memperkenalkan diri. Ia Cuma senyum lalu mencari sesuatu di tas hitam. Barto bermain HP pura-pura tak melihat gerak-gerik pemuda itu.

Ia tak bisa ditebak. Apakah mahasiswa, Dosen atau salah satu pegawai di kampus ini.

Barto mengambil kopi disamping sambil menawari ke pemuda didepanya. Tapi pemuda itu menolak dengan sangat sopan, Barto lagi-lagi menawarkan rokok tapi juga Ia menolak. Pemuda yang tadinya mencari sesuatu di tas tak menemukan apa-apa. Berto mengira ia mencari sesuatu lalu bertanya.

“Bang kehilangan sesuatu?”

Pemuda itu agak mengangkuk. Dengan suara jernih dan dalam. Lelaki itu berkata

“ Tidak Barto. Saya Cuma memastikan barang-barangku”

“ooh oke oke” sahut Barto.

Ada keanehan yang dirasakan oleh Berto sejak Ia mendengar suara itu. apalagi lelaki itu mengetahui namanya walau belum berkenalan. Ketemu saja baru pertama kali. Namun berto tak perlu merasa takut ataupun ragu. Lagipula hal ini terjadi disiang bolong, sementara Barto sendiri sama sekali tak mempercayai apapun yang ada diluar nalar manusia.

Untuk melenturkan suasana yang agak tegang itu. ia memanggil penjual kopi dengan suara agak keras, lalu memesan rokok beberapa batang. Penjual yang rajin dan ulet itu datang membawa rokok, Barto sedikit berbasa-basi dengan panjual rokok hanya untuk lebih melenturkan suasana tegang.

Pemuda itu tak membuat apa-apa. Ia seolah menunggu sesuatu yang membahagiakan. Ia melihat semua orang yang keluar masuk dengan mata yang penuh harapan dan bahagia.

“Darimana dia tahu nama saya?” tanya Barto dalam diam.

Pemuda itu memandang Barto seolah menjawab aku tahu segala hal tentangmu. Barto langsung merinding tanpa sebab. Ia ingin mengetahui lebih dalam tentang manusia ini tapi Barto tak tahu darimana mulai obrolan.

“Bang tinggal dimana?” tanya Barto tanpa ragu.

Pemuda itu mengangkuk sedikit. Dengan sedikit tahan-tahan. dengan suara yang sama seperti sebelumnya.

“aku tingal di rumah bapakku” jawab Pemuda.

Jawaban sedikit bertentangan dengan pertanyaan. Barto tanya tinggal dimana, bukan tinggal bersama siapa. Tapi hal itu sangat dimaklumi lagipula orang ini sepertinya susah untuk diajak bercanda. Tanpa ditanya balik, Barto mengaku tinggal disebuah kos-kosan yang tak jauh dari kampus UPI.

Pemuda itu Cuma mengangkuk.

Sudah lama mereka disana. matahari sudah eksis ditengah langit pasundan menunjukkan pukul 11;30-an. Panas disiang ini seperti matahari mendekat ke kota tua bernama Bandung ini. pemuda itu membuka kaos tanpa rasa malu terhadap semua orang yang berlalu lalang.

Di perut pemuda itu terlihat beberapa tusukan. Didada pun terlihat tusukan dan bekas luka-luka besar.

Bekas luka ini mengingatkan Barto pada salah satu abang dikampung yang selalu keluar masuk penjara. Hampir semua tubuh abang itu dipenuhi bekas luka dan tusukan. Hal itu membuat Barto berkesimpulan bahwa Pemuda didepan ini memiliki cerita dipenjara, atau mungkin seorang criminal yang baru dikeluarkan dari penjara.

Dugaan itu tak dikonfirmasi langsung ke manusia didepanya. Ia hanya mengira lalu dibiarkan begitu saja. Tepat dijam 12 siang, pemuda itu berdiri, salam Barto seolah-olah itu adalah perpisahan terakhirnya.

Mata Barto terus memgikuti pemuda itu. Ia keluar melalui Pintu Get 2 UPI. sebelum menghilang, pemuda itu sempat melambaikan tangan. di tangan terlihat bekas Paku, lalu dibawa bekas paku terdapat tulisan “akulah jalan kebenaran dan hidup”.

“YESUS..YESUSS..”

suara spontan Barto melihat tangan pemuda itu. Barto langsung mengejar pemuda itu ke jalanan besar. Tapi Pemuda itu hilang tiba-tiba. Barto berlutut dan langsung mulai Doa “Bapak Kami”.

setelah Doa Bapak Kami diaminkan. Barto langsung mengambil HP lalu mengetik di status Whatsap

“ Untuk Tuhanku. Terimkasih telah menyapaku sebelum naik ke surga. Untuk semua umat yang merayakan. Percayalah bahwa TUHAN ITU BENAR-BENAR ADA”.



DouwFer

[Hari kenaikan Tuhan Yesus 26/05/2022]


Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

2 komentar

Posting Komentar