BUA6GOHrM7QLK6XOoFvYvIlTMmwhL9OgHFakY7mh

Mengenal Literasi dalam konteks Papua


 
Gambar: anak papua Membaca Buku, (design by: Franz M)

Oleh: Franz M
  
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya Ananta Toer)

Kata kata diatas itu selalu mengingatkan saya tentang pentingnya menulis. Jika mau menulis, pasti ada bacaannya juga karena menulis dan membaca adalah satu kesatuan yang musti di asah terus menerus. Membaca adalah komunikasi tidak lansung antara penulis dan pembaca serta menambah wawasan secara sadar maupun tidak. Sedangkan menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan atas respon terhadap apa yang sudah dibaca, didengar maupun dilihat. Setelah melalui proses pencernaan dalam otak manusia.

Lalu apa itu literasi.?

dari National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.”

Sedangkan secara harafiah Literasi lebih menekankan kepada melek huruf, artinya dasar literasi itu adalah membaca dan menulis. Maka kualitas diri dapat dibentuk dari suatu informasi dengan memahami, menggunakan, menganalisis dan mentransformasikan. hal tersebut inilah yang menjadikan seorang disebut literat.

Dalam konteks literasi secara umum, orang bukan hanya terpaku pada literasi membaca dan menulis tapi berbagai macam literasi lainnya juga seperti literasi digital, literasi numerisasi, literasi Sains/IPTEK, literasi finansial, dan juga literasi budaya/humaniora. semua ini berkaitan dengan peningkatan kualitas (mutu) seseorang (individu) maupun kelompok  dalam menghadapi zaman yang dinamis ini.

Kita sudah pasti tahu sebelumnya bahwa dari hasil survei yang dilakukan oleh lembaga Programme for International Student Assessment (PISA). Survei menunjukkan Indonesia berada di posisi 60 dari 61 negara dalam penguasaan literasi. Padahal budaya literasi bermanfaat dalam mewujudkan peran generasi muda dalam aspek pembangunan negara. Generasi muda memiliki kepribadian unggul dan mampu memahami pengetahuan serta teknologi untuk bersaing secara Global. Selain itu, generasi muda menjadi faktor penting karena memiliki semangat juang yang tinggi, solusi yang kreatif serta perwujudan yang inovatif.


Tapi Menurut saya, Literasi adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengumpulkan, memahami, memilih dan mengolah suatu data sehingga akhirnya akan menghasilkan suatu informasi, dan setelah informasi itu dikelola lagi maka akhirnya akan menjadi suatu pengetahuan dan pengetahuan itu akan menjadi pemahaman seseorang untuk mengimplementasikan dalam kehidupan nyata. literasi bukan saja soal membaca dan menulis, bukan saja soal mampu mengola sekumpulan ide dan menjadikan tulisan tapi saya pikir literasi lebih jauh dan lebih tinggi dari itu, Literasi merupakan  "Proses Mempertahankan hidup melalui suatu tahap pemrosesan, dan pengolaan  informasi"

Papua dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Dunia.

Papua dalam peradaban manusianya tidak terlepas dari yang namanya literature tentang transformasi pengetahuan dan corak hidup dari masa ke masa. Literatur yang saya maksud disini bukan tentang melek huruf tapi lebih pada pemrosesan informasi.

Setahu saya, dulu waktu manusia Papua masih hidup natural (alami) dengan alam, Segala bentuk pengetahuan dan keterampilan hidup diperoleh dengan cara interaksi lansung dengam alam. Artinya bahwa ada esensi tersendiri dalam memajukan taraf hidup masyarakat Papua dengan belajar terus menerus bersama alam. hal inilah yang selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan zaman kuno di kota-kota pusat perkembangan ilmu pengetahuan seperti di Athena.

Di Athena, Dulu pernah hidup manusia-manusia paling berpengaruh seperti Plato, Aristoteles, dan Socrates dan kawan-kawan yang lainnya. Mereka inilah yang mempunyai ide dasar mengenai berbagai ilmu pengetahuan yang sekarang kita pelajari.

Tapi jauh dari pada itu, ada filosof alam, mereka memperoleh ilmu pengetahuan sains, kesehatan, ilmu humaniora, dan yang lainnya dari fenomena alam sekitar. misalnya dulu Empedokles berpendapat dalam sisi sains bahwa semua benda termasuk manusia terdiri dari 4 zat. Yakni: air, api, tanah, dan udara. dan hal itu sekarang menjadi suatu pengetahuan yang mendasari ilmu kimia dan fisika serta beberapa cabang ilmu pengetahuan alam lainnya.

Dari sisi medis (kedokteran) di Mesir kuno dulu dikembangkan oleh imphotep seorang ahli pengobatan, Al Razi dari Arab dan berbagai tempat lainnya di dunia. Semua itu dikembangkan dari hasil-hasil alam (herbal) seperti daun, tanaman, hewan (hasil alam) semua itu dikombinasikan dengan pengetahuan praktis dan dikembangkan dalam suatu pengetahuan tentang ilmu pengobatan. Sekarang ini kita kenal dengan ilmu pengobatan (Kesehatan) atau kedokteran.

Dari beberapa uraian perkembangan ilmu pengetahuan secara singkat diatas, dapat kita sesuaikan juga dengan konteks Papua. Bahwa dulu manusia Papua sudah melampaui segala teknologi modern dan ilmu pengetahuan modern.

Literasi yang sudah ada dan hidup bersama manusia Papua sejak awal penciptaan adalah menjadikan alam/Lingkungan (enviromental) sebagai sumber balajar. Berikut ini analisis saya terhadap  literasi dalam perspektif alamiah dari papua Sejak dulu.

literasi membaca: sudah ada yaitu membaca pikiran dan fenomena alam. Serta belajar dari hal-hal natural. Bukan lagi membaca huruf tapi lebih kepada membaca kejadian alam. Membaca situasi sehingga mampu menganalisis apa yang akan terjadi dan akan apa yang sedang terjadi. Lebih kepada mistis (gaib).

dari sisi literasi numerisasi: ada penyebutan dan penjumlahan dalam bahasa di setiap daerah, seperi menghitung, sudah ada sejak zaman dulu, dalam bahasa daerah di meuwo (meepago) ada perhitungan angka 1-100 dalam bahasa daerah. walaupun perhitungannya tidak menggunakan rumus-rumus yang berkembang dalam perhitungan seperti matematika. tetapi dasar-dasar menghitung sudah ada sejak zaman dulu. literasi numerisasi sudah hidup bersama kehidupan orang papua.

Literasi sains: sains berkaitan dengan hal-hal yang lebih praktis dimanfaatkan dan dipakai guna memperbaiki keadaan buruk. Misalnya ramalan-ramalan tentang apa yang akan terjadi kedepan, orang-orang tua dulu sudah lebih tahu. saya sendiri mengalami hal itu. Contoh di bagian meuwodide: ada ramalan orang tua "nanti suatu saat akan ada jalan bessar dan lewat jalan itu akan ada berbagai barang dan alat yang akan datang" itu sudah terbukti sekarang jalan trans nabire-illaga sudah tembus di 4 kabupaten meuwodide, Nabire, dogiyai, Deiyai, Paniai. Ini hanya satu dari banyak ramalan yang terjadi.


Di sisi Literasi Finansial, dan sosial budaya: banyak sekali fenomena yang dapat kita jumpai, seperti halnya dalam budaya. Papua banyak suku dan budaya. yang terdata 250 suku, tapi toleransi dan solidaritas antar budaya sangat kental. Serta finansial lebih kepada kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup dari alam sekitar. Seperti contohnya adalah, pengobatan tradisional menggunakan dedaunan herbal serta dengan tetua yang biasanya berdoa pake kepercayaan mistis (gaib). Para orangtua mereka tahu cara melestarikan alam sehingga mereka tidak pernah kebabisan sumber hidup.walaupun hidupnya tergantung pada hasil alam.

Beberapa poin diatas adalah analisis kecil mengenai makna literasi kontekstual yang kian berkembang dalam masyarakat papua mengikuti arus zaman yang dinamis.

Sumber belajar


Di wilayah saya (meuwo) pengetahuan tentang sejarah dan budaya serta pengetahuan tentag ilmu alam, dan pengetahuan lainnya  biasanya diwariskan lewat lisan, turun temurun. bukan dalam tulisan. Jika tetua (orang tua)  yang sudah punya pengetahuan tentang banyak hal meninggal dunia, sebelum diceritakan kepada generasi penerus maka, secara otomatis pengetahuan tersebut telah mati bersama (orang tua) tersebut.

dari hal diatas kita dapat lihat bahwa sekarang yang Papua butuhkan adalah literasi lisan ke tulisan. dari literasi yang bergantung pada pemahaman mistis ke pengetahuan modern tapi berbasis lokal (Global Rasa Lokal). Dalam hal ini yang perlu diutamakan adalah menulis dan banyak membaca dan juga perlu banyak diskusi dengan para tetua (orang tua) serta pendokumentasian dalam bentuk tulisan, audio, video atau apapun itu. Agar anak cucu kita kedepan dapat belajar dari sumber belajar tersebut.

Literasi Papua dalam Masa Belanda

di sisi literasi, kita bisa lihat dulu dari para misionaris Belanda sudah membuka sekolah rakyat yang menyekolahkan anak-anak muda Papua. Orientasi dari pendidikan Belanda ini ada yang di bidang kreativitas seperti pertukangan, pertanian, dan lain sebagainya. dan ada juga di bidang kognitif seperti sekolah pamong praja, sekolah setara SD, SMP, SMA dan lain sebagainya. itu semua adalah usaha agar masyarakat luas Bangsa Papua dapat mengembangkan kemampuan yang natural dengan kreativitas sesuai dengan konteks kepapuaan.

Upaya pengembangan literasi dari para misionaris sangat berpengaruh bagi proses perkembangan hidup masyarakat Papua. Seperti halnya anak-anak Papua  lulusan sekolah Belanda menjadi Pelopor Pendidikan di beberapa daerah terpencil (Pedalaman). menjadi guru dan mengajar anak-anak Papua. ada juga yang menjadi tenaga medis dan mengapdi melayani masyarakat.

Di sisi yang lain pendidikan masa Belanda di Papua adalah Pendidikan yang memanusiakan manusia serta berbasis lokal. Belajar dari identitasnya sendiri, serta tidak ketinggalan nasionalisme dan sosial budaya masyarakat Papua. misalnya dalam buku yang ditulis oleh Isac Samuel Kijne yang berjudul  “ITU DIA.! Djalan Pengadjaran Membatja untuk Nieuw Guinea. buku bacaan semacam ini Benar-benar mengerti tentang bagaimana mengembangkan anak didik sesuai dengan alam sekitar. mereka mengerti betul bahwa dasar-dasar Pendidikan selayaknya dikembangkan sesuai dengan konteks dan kearifan lokal suatu daerah. proses Pendidikan dengan demikian harus menyentuh kehidupan keseharian masyarakatnya, bukan malah tercabut dari akar kebudayaan dan identitasnya. (suryawan 2017)


Literasi Papua dalam NKRI

Setelah Papua masuk dalam bagian dari Indonesia. Atau lebih tepatnya setelah Indonesia mecaplok Papua secara paksa. lambat laun kualitas pendidikan dari sisi fisik sudah berkembang. di kota-kota besar berdiri gedung sekolah besar dan kampus didirikan di beberpa daerah. dalam tatanan kehidupan social, politik, ekonomi dan budaya pun ikut berubah. Tetapi jauh dari itu semua, literasi di Papua sangat mengundang prihatin.

Semenjak beberapa tahun lalu dari Kementrian Pendidikan mengirimkan stok buku pelajaran yang dikirim ke sekolah-sekolah di Papua bersama silabus untuk pegangan guru. dengan demikian kita dibuat setara dengan Jakarta. Disamakan. sedangkan konteks pembelajaran kita jauh dari yang namanya kurikulum 2013.  dengan buku pelajaran yang dikirim ke papua, anak-anak sekolah belajar tentang pulau jawa dan kehidupan di jawa yang jauh dari konteks papua. dengan pendidikan semacam ini, secara tidak sadar pendidikan di papua telah kehilangan roh nya.

jika kita lihat, dalam silabus kurikulum 2013 diberikan kewenangan kepada guru untuk memodifikasi mata pelajaran sesuai dengan konteksnya. yang jadi pertanyaan disini adalah apakah guru-guru kita di Papua memiliki kreatifitas memodivikasi bahan ajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan sesuai konteks daerah di papua.? 

pertanyaan diatas akan lengkap lagi bila ditambahkan beberapa pertanyaan berikut. apakah literasi di Papua sudah merata.? Apakah semua manusia Papua yang sudah berpendidikan mengenal Literasi dan mempraktekkan nya.? Apakah intelek Papua dapat memberantas jumlah buta huruf yang paling banyak di Papua.?

Pertanyaan-pertanyaan diatas itu harus kita renungkan dan jawab bersama dalam suatu tindakan yang nyata.


Literasi di Papua sangat tertinggal jauh dibandingkan daerah lain di Indonesia. hal ini dibuktikan oleh banyaknya manusia Papua yang buta huruf. tapi lebih parah lagi, para intelek Papua masih minim akan hal literasi digital, literasi data dan berbagai literatur lainnya. Keadaan ini diperparah lagi dengan kekurangan tenaga pendidik di papua. Semua mahasiswa/I dari papua setelah selesai studi terjun ke dunia politik. tidak ada yang menangani masalah Pendidikan.

bagi kaum terpelajar dari Papua (kita semua) masih minim akan praktek literasi. Apalagi literasi digital. Padahal kita sedang berada dalam masa dinamis zaman yang akan terus berubah. dalam hal ini, literasi menjadi alternatif utama bagi peradaban umat manusia Papua yang akan melanjutkan jalan panjang kedepan. lewat literasi kita bangun Nasionalisme Papua. Lewat literasi kita sadarkan manusia Papua akan identitas yang kian terkikis punah.

Sebagai saran, ada beberapa point  yang saya rasa penting untuk kita (manusia Papua) lakukan dalam upaya memberantas buta huruf dan meningkatkan kualitas literasi di Papua yaitu:

Pertama: kita sebagai manusia Papua yang hampir punah diatas tanah kita sendiri harus sadar akan ketertinggalan kita sebagai ras atau bangsa yang hampir dimusnahkan. dari kesadaran itulah menjadi fondasi berdiri gerakan literasi. gerakan membangun. gerakan pedagogi. gerakan manusia hidup. literasi harus kita mulai, literasi digital sangat berguna dalam menemukan konten-konten edukatif bagi kita. dalam menggunakan berbagai media elektronik. Mengunjungi berbagai sumber belajar. mengunjungi situs-situs pembelajaran, mengunjungi situs journal dan pandai memakai perangkat elektronik sebaik mungkin.

Kedua: mulailah dengan membaca. membaca apa saja. intinya berguna. perbanyak wawasan dan pengetahuan. membaca bisa melalui buku manual dan buku digital elektronik. banyak situs yang menyediakan buku, kunjungi dan pelajari, banyak link penyedia buku-buku tanpa harus kita beli. manfaatkan yang sudah ada. belajar, belajar dan belajar.

Ketiga: dalam berbagai kasus saya lihat ada beberapa teman-teman yang tdk suka baca buku. Itu tidak salah, itu pilihan anda. tapi saran saya, pasti anda mempunyai kelebihan belajar yang lain. Bisa belajar lewat audio, lewat video, lewat digital dan lain sebagainya. karena belajar itu beragam. Maka sekarang temukan dirimu ada dimana lalu bangkit berdiri dan mari kita tuntun anak cucu kita kedepan ke arah yang lebih produktif dan berkualitas.




*)Penulis adalah Mahasiswa di Bandung

Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

1 komentar

  1. mantap,,,, di tunggu tulisan berikut ,,,hormat...

    BalasHapus

Posting Komentar