Oleh: Franz M
Orang boleh
pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam
masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya
Ananta Toer)
Lalu apa itu
literasi.?
Papua dan
Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Dunia.
Di Athena,
Dulu pernah hidup manusia-manusia paling berpengaruh seperti Plato,
Aristoteles, dan Socrates dan kawan-kawan yang lainnya. Mereka inilah yang
mempunyai ide dasar mengenai berbagai ilmu pengetahuan yang sekarang kita
pelajari.
Tapi jauh
dari pada itu, ada filosof alam, mereka memperoleh ilmu pengetahuan sains,
kesehatan, ilmu humaniora, dan yang lainnya dari fenomena alam sekitar. misalnya dulu Empedokles berpendapat dalam sisi sains bahwa semua benda
termasuk manusia terdiri dari 4 zat. Yakni: air, api, tanah, dan udara. dan hal itu sekarang menjadi suatu pengetahuan yang mendasari ilmu kimia dan fisika
serta beberapa cabang ilmu pengetahuan alam lainnya.
Dari sisi
medis (kedokteran) di Mesir kuno dulu dikembangkan oleh imphotep
seorang ahli pengobatan, Al Razi dari Arab dan berbagai tempat lainnya di
dunia. Semua itu dikembangkan dari hasil-hasil alam (herbal) seperti
daun, tanaman, hewan (hasil alam) semua itu dikombinasikan dengan
pengetahuan praktis dan dikembangkan dalam suatu pengetahuan tentang ilmu
pengobatan. Sekarang ini kita kenal dengan ilmu pengobatan (Kesehatan) atau
kedokteran.
Dari
beberapa uraian perkembangan ilmu pengetahuan secara singkat diatas, dapat kita
sesuaikan juga dengan konteks Papua. Bahwa dulu manusia Papua sudah melampaui
segala teknologi modern dan ilmu pengetahuan modern.
Literasi
yang sudah ada dan hidup bersama manusia Papua sejak awal penciptaan adalah
menjadikan alam/Lingkungan (enviromental) sebagai sumber balajar. Berikut ini
analisis saya terhadap literasi dalam
perspektif alamiah dari papua Sejak dulu.
literasi
membaca: sudah ada yaitu membaca pikiran dan fenomena alam. Serta belajar dari
hal-hal natural. Bukan lagi membaca huruf tapi lebih kepada membaca kejadian
alam. Membaca situasi sehingga mampu menganalisis apa yang akan terjadi dan
akan apa yang sedang terjadi. Lebih kepada mistis (gaib).
dari sisi literasi numerisasi: ada penyebutan dan penjumlahan dalam bahasa di setiap daerah, seperi menghitung, sudah ada sejak zaman dulu, dalam bahasa daerah di meuwo (meepago) ada perhitungan angka 1-100 dalam bahasa daerah. walaupun perhitungannya tidak menggunakan rumus-rumus yang berkembang dalam perhitungan seperti matematika. tetapi dasar-dasar menghitung sudah ada sejak zaman dulu. literasi numerisasi sudah hidup bersama kehidupan orang papua.
Literasi
sains: sains berkaitan dengan hal-hal yang lebih praktis dimanfaatkan dan
dipakai guna memperbaiki keadaan buruk. Misalnya ramalan-ramalan tentang apa
yang akan terjadi kedepan, orang-orang tua dulu sudah lebih tahu. saya sendiri
mengalami hal itu. Contoh di bagian meuwodide: ada ramalan orang tua
"nanti suatu saat akan ada jalan bessar dan lewat jalan itu akan ada
berbagai barang dan alat yang akan datang" itu sudah terbukti sekarang
jalan trans nabire-illaga sudah tembus di 4 kabupaten meuwodide, Nabire,
dogiyai, Deiyai, Paniai. Ini hanya satu dari banyak ramalan yang terjadi.
Baca Juga:Sosialisme Ilmiah
Di sisi
Literasi Finansial, dan sosial budaya: banyak sekali fenomena yang dapat kita
jumpai, seperti halnya dalam budaya. Papua banyak suku dan budaya. yang terdata 250 suku, tapi toleransi
dan solidaritas antar budaya sangat kental. Serta finansial lebih kepada
kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup dari alam sekitar. Seperti
contohnya adalah, pengobatan tradisional menggunakan dedaunan herbal serta
dengan tetua yang biasanya berdoa pake kepercayaan mistis (gaib). Para orangtua
mereka tahu cara melestarikan alam sehingga mereka tidak pernah kebabisan
sumber hidup.walaupun hidupnya tergantung pada hasil alam.
Beberapa
poin diatas adalah analisis kecil mengenai makna literasi kontekstual yang kian berkembang dalam masyarakat papua mengikuti arus zaman yang dinamis.
Sumber
belajar
Di wilayah
saya (meuwo) pengetahuan tentang sejarah dan budaya serta pengetahuan tentag
ilmu alam, dan pengetahuan lainnya biasanya diwariskan lewat lisan, turun temurun. bukan dalam tulisan.
Jika tetua (orang tua) yang sudah punya
pengetahuan tentang banyak hal meninggal dunia, sebelum diceritakan kepada generasi penerus maka, secara
otomatis pengetahuan tersebut telah mati bersama (orang tua) tersebut.
dari hal
diatas kita dapat lihat bahwa sekarang yang Papua butuhkan adalah literasi lisan ke tulisan. dari literasi yang bergantung pada pemahaman mistis ke
pengetahuan modern tapi berbasis lokal (Global Rasa Lokal). Dalam hal ini yang perlu diutamakan
adalah menulis dan banyak membaca dan juga perlu banyak diskusi dengan para
tetua (orang tua) serta pendokumentasian dalam bentuk tulisan, audio, video atau
apapun itu. Agar anak cucu kita kedepan dapat belajar dari sumber belajar
tersebut.
Literasi
Papua dalam Masa Belanda
di sisi
literasi, kita bisa lihat dulu dari para misionaris Belanda sudah membuka
sekolah rakyat yang menyekolahkan anak-anak muda Papua. Orientasi dari pendidikan
Belanda ini ada yang di bidang kreativitas seperti pertukangan, pertanian, dan
lain sebagainya. dan ada juga di bidang kognitif seperti sekolah pamong praja,
sekolah setara SD, SMP, SMA dan lain sebagainya. itu semua adalah usaha agar
masyarakat luas Bangsa Papua dapat mengembangkan kemampuan yang natural dengan
kreativitas sesuai dengan konteks kepapuaan.
Upaya
pengembangan literasi dari para misionaris sangat berpengaruh bagi proses
perkembangan hidup masyarakat Papua. Seperti halnya anak-anak Papua lulusan sekolah Belanda menjadi Pelopor Pendidikan di beberapa daerah terpencil (Pedalaman). menjadi guru dan
mengajar anak-anak Papua. ada juga yang menjadi tenaga medis dan mengapdi
melayani masyarakat.
Di sisi yang
lain pendidikan masa Belanda di Papua adalah Pendidikan yang memanusiakan manusia serta
berbasis lokal. Belajar dari identitasnya sendiri, serta tidak ketinggalan
nasionalisme dan sosial budaya masyarakat Papua. misalnya dalam buku yang
ditulis oleh Isac Samuel Kijne yang berjudul
“ITU DIA.! Djalan Pengadjaran Membatja untuk Nieuw Guinea. buku bacaan
semacam ini Benar-benar mengerti tentang bagaimana mengembangkan anak didik
sesuai dengan alam sekitar. mereka mengerti betul bahwa dasar-dasar Pendidikan
selayaknya dikembangkan sesuai dengan konteks dan kearifan lokal suatu daerah. proses Pendidikan dengan demikian harus menyentuh kehidupan keseharian
masyarakatnya, bukan malah tercabut dari akar kebudayaan dan identitasnya.
(suryawan 2017)
Literasi
Papua dalam NKRI
Setelah Papua masuk dalam bagian dari Indonesia. Atau lebih tepatnya setelah Indonesia
mecaplok Papua secara paksa. lambat laun kualitas pendidikan dari sisi fisik
sudah berkembang. di kota-kota besar berdiri gedung sekolah besar dan kampus didirikan
di beberpa daerah. dalam tatanan kehidupan social, politik, ekonomi dan budaya
pun ikut berubah. Tetapi jauh dari itu semua, literasi di Papua sangat
mengundang prihatin.
Semenjak
beberapa tahun lalu dari Kementrian Pendidikan mengirimkan stok buku pelajaran
yang dikirim ke sekolah-sekolah di Papua bersama silabus untuk pegangan guru. dengan demikian kita dibuat setara dengan Jakarta. Disamakan. sedangkan konteks
pembelajaran kita jauh dari yang namanya kurikulum 2013. dengan buku pelajaran yang dikirim ke papua, anak-anak sekolah belajar tentang pulau jawa dan kehidupan di jawa yang jauh dari konteks papua. dengan pendidikan semacam ini, secara tidak sadar pendidikan di papua telah kehilangan roh nya.
jika kita lihat, dalam silabus
kurikulum 2013 diberikan kewenangan kepada guru untuk memodifikasi mata
pelajaran sesuai dengan konteksnya. yang jadi pertanyaan disini adalah apakah
guru-guru kita di Papua memiliki kreatifitas memodivikasi bahan ajar sesuai
dengan kebutuhan peserta didik dan sesuai konteks daerah di papua.?
pertanyaan diatas akan lengkap lagi bila ditambahkan beberapa pertanyaan berikut. apakah
literasi di Papua sudah merata.? Apakah semua manusia Papua yang sudah
berpendidikan mengenal Literasi dan mempraktekkan nya.? Apakah intelek Papua
dapat memberantas jumlah buta huruf yang paling banyak di Papua.?
Pertanyaan-pertanyaan
diatas itu harus kita renungkan dan jawab bersama dalam suatu tindakan yang
nyata.
Baca Juga:
Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Papua
Literasi di
Papua sangat tertinggal jauh dibandingkan daerah lain di Indonesia. hal ini
dibuktikan oleh banyaknya manusia Papua yang buta huruf. tapi lebih parah
lagi, para intelek Papua masih minim akan hal literasi digital, literasi data
dan berbagai literatur lainnya. Keadaan ini diperparah lagi dengan kekurangan
tenaga pendidik di papua. Semua mahasiswa/I dari papua setelah selesai studi
terjun ke dunia politik. tidak ada yang menangani masalah Pendidikan.
bagi kaum
terpelajar dari Papua (kita semua) masih minim akan praktek literasi. Apalagi
literasi digital. Padahal kita sedang berada dalam masa dinamis zaman yang akan
terus berubah. dalam hal ini, literasi menjadi alternatif utama bagi peradaban
umat manusia Papua yang akan melanjutkan jalan panjang kedepan. lewat literasi
kita bangun Nasionalisme Papua. Lewat literasi kita sadarkan manusia Papua akan
identitas yang kian terkikis punah.
Sebagai
saran, ada beberapa point yang saya rasa penting untuk kita (manusia
Papua) lakukan dalam upaya memberantas buta huruf dan meningkatkan kualitas
literasi di Papua yaitu:
Pertama:
kita sebagai manusia Papua yang hampir punah diatas tanah kita sendiri harus
sadar akan ketertinggalan kita sebagai ras atau bangsa yang hampir dimusnahkan. dari kesadaran itulah menjadi fondasi berdiri gerakan literasi. gerakan
membangun. gerakan pedagogi. gerakan manusia hidup. literasi harus kita mulai,
literasi digital sangat berguna dalam menemukan konten-konten edukatif bagi
kita. dalam menggunakan berbagai media elektronik. Mengunjungi berbagai sumber
belajar. mengunjungi situs-situs pembelajaran, mengunjungi situs journal dan
pandai memakai perangkat elektronik sebaik mungkin.
Kedua:
mulailah dengan membaca. membaca apa saja. intinya berguna. perbanyak wawasan
dan pengetahuan. membaca bisa melalui buku manual dan buku digital elektronik. banyak situs yang menyediakan buku, kunjungi dan pelajari, banyak link penyedia
buku-buku tanpa harus kita beli. manfaatkan yang sudah ada. belajar, belajar
dan belajar.
Ketiga:
dalam berbagai kasus saya lihat ada beberapa teman-teman yang tdk suka baca
buku. Itu tidak salah, itu pilihan anda. tapi saran saya, pasti anda mempunyai
kelebihan belajar yang lain. Bisa belajar lewat audio, lewat video, lewat
digital dan lain sebagainya. karena belajar itu beragam. Maka sekarang temukan
dirimu ada dimana lalu bangkit berdiri dan mari kita tuntun anak cucu kita
kedepan ke arah yang lebih produktif dan berkualitas.
*)Penulis
adalah Mahasiswa di Bandung
mantap,,,, di tunggu tulisan berikut ,,,hormat...
BalasHapus